Tahu Anaknya Terlibat Jaringan Teroris, Keluarga Adam Semalaman Menangis
Tetangganya pun mengaku sedih karena Samidi yang hidup dalam kesusahan harus menerima anak bungsunya diketahui terlibat dalam jaringan teroris
Penulis: Valdy Arief
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Rumah yang terletak di Jalan Langgar Nomor 75, Larangan, Tangerang berada dalam kawasan padat penduduk.
Jalan masuknya hanya dapat dilalui sepeda motor. Saat Tribun datang ke sana, pagarnya tidak ditutup dan di dekat pintu depan bangunan bercat putih itu, terjejer beberapa sendal.
Namun, tidak ada satu pun penghuni yang menjawab saat pintu diketuk.
Di dalam rumah itu, beberapa tetangganya, menyebut ada Samidin dan Sunarti, orang tua dari Adam Noor Syam yang ditangkap Detasemen Khusus 88 anti-teror pada Rabu (21/12) pagi.
Dia diduga merencanakan aksi bom bunuh diri bersama tiga rekannya pada malam Natal dan Tahun Baru mendatang.
Sebelum ditangkap, warga sekitar rumah orang tuanya tidak melihat ada perilaku mencurigakan pada Adam. Malahan, satu hari sebelum penangkapan, terduga teroris itu masih dilihat datang ke rumah Samidi.
Penampilan Debi--istri Adam-- yang berubah mengenakan cadar pun baru dilihat warga setelah dipulangkan polisi ke rumah mertuanya. Padahal, sebut para tetangganya, sehari-hari Debi tidak menutup wajahnya.
Luke, tetangga orang tua Adam, menyebut warga Jalan Langgar baru yakin anak Samidi adalah orang yang ditangkap karena terlibat upaya teror, setelah polisi memulangkan Debi pada Rabu malam.
Ketika itu pula warga sekitar melihat kesedihan dalam keluarga kecil itu. "Semalaman, mereka hanya nangis saja," kata Luke, Kamis (22/12).
Kesedihan keluarga Adam turut dirasakan tetangganya. Bahkan, Martin yang masih tinggal satu RT dengan Samidi, terlihat berkaca-kaca matanya saat berbincang dengan Tribun.
Perempuan 52 tahun itu, mengaku sedih karena karena Samidi yang sehari-hari hidup dalam kesusahan harus menerima sang anak bungsunya diketahui terlibat dalam jaringan teror.
Samidi, diketahui warga, sudah tidak lagi bekerja. Keluarganya hidup dari hasil sang istri berjualan camilan yang dia titipkan di beberapa toko dekat rumahnya. Dalam kesehariannya, ayah Adam sering memimpin acara keagamaan.
"Dia (Samidi) sering memimpin Yasinan. Kalau ada acara pernikahan, dia sering jadi perwakilan kampung untuk beri nasihat," sebut Martin.
Saat Adam mulai berkerja sebagai tukang ojek berbasis aplikasi telepon pintar, para tetangga mulai bersyukur.