Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terungkap, Carut Marut Transportasi Laut Dibalik InsidenTenggelamnya Zahro Express

Terbakarnya kapal Zahro Express yang membawa ratusan penumpang berlibur ke Pulau Tidung, di awal tahun baru telah menjadi kado pahit bagi kita semua.

zoom-in Terungkap, Carut Marut Transportasi Laut Dibalik InsidenTenggelamnya Zahro Express
ANTARA
Terbakarnya kapal Zahro Express yang membawa ratusan penumpang berlibur ke Pulau Tidung, di awal tahun baru telah menjadi kado pahit bagi kita semua. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Terbakarnya kapal Zahro Express yang membawa ratusan penumpang berlibur ke Pulau Tidung, di awal tahun baru telah menjadi kado pahit bagi kita semua.

Peristiwa tersebut telah menewaskan 23 penumpan dan belasan korban luka-luka. Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pastinya. Namun di balik itu, terungkaplah karut marut pengelolaan dan manajemen transportasi laut.

Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).

Partini, orangtua dari korban bernama Desi wahyudi ditemui di rumahnya, menceritakan kondisi sang anak saat itu.

“Pulang kerja kalau sore itu kayak mayat, lemes. Ya orang dari kecelakaan nggak istirahat. Ya kita kasih kebijaksanaan juga ya, karena mamanya (majikan-red) kena kebakar juga, “ungkap Partini.

Di rumahnya yang terletak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat, perempuan sepuh ini begitu mencemaskan anaknya. Bagaimana tidak, pasca kejadian mengerikan yang terjadi awal tahun baru, Desi, masih harus bekerja.

Tapi selang sepekan, Desi tak tahan lagi dan akhirnya meminta izin. Oleh dokternya, ia mesti istirahat selama dua hari. Insiden yang menimpa Desi dan keluarga majikannya, sungguh tak diduga.

Berita Rekomendasi

Pagi, 1 Januari 2017, Desi bersama empat keluarga majikannya, pengasuh dan satu rekan kerjanya hendak ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu; berlibur.

Seperti biasa, begitu sampai di Kali Adem, Muara Angke, mereka membeli tiket untuk 7 orang. Di tiket tertera, kapal yang bakal ditumpangi; Zahro Express. Tak lama, rombongan Desi, memberi tiket pada salah satu ABK dan dipersilakan naik kapal.

“Sampai di Muara Angke kita langsung disuruh masuk. Ini bang 7 orang, karcis langsung di kasih abangnya, kita langsung duduk aja, di bawah dek, nggak pakai nomor, langsung duduk aja, “kata Desi.

Kapal yang dijadwalkan berlayar pukul 07.00 pagi, rupanya molor sejam. Saat hendak meninggalkan dermaga, tak ada pula imbauan agar memakai jaket pelampung.

Namun baru beberapa waktu kapal melaju, Desi merasa ada yang tak beres.

“Jalan kaya nggak jalan. Ini udah jalan belum sih kapalnya. Sudah jalan. Kok jalannya kayak nggak jalan. Tahu-tahu jalan aja. Lagian jalannya mesin sudah nggak mulus, “ ungkap Desi.

Desi duduk di dek bawah persis di samping ruang mesin kapal. Di situlah, ia mendengar dentuman kecil.

"Kita duduk kan barisan belakang, dekat mesin dek. Mamanya, saya, suster sama teman saya si Ratna. Terus kedengaran mesin bunyi bletak, terus nggak apa-apa katanya. Eh makin lama keluar asap putih, dari asap putih mulai jadi hitam, mulai pada panik, "papar Desi.

Melihat kepulan asap, penumpang yang berada di dek bawah, panik, lalu seketika memaksa keluar. Desi merasakan matanya pedih dan sesak nafas. Saling dorong pun tak terhindarkan di tengah tebalnya asap.

Desi hampir saja pingsan, tapi akhirnya ia bisa keluar dek karena terdorong penumpang lain. Meski tanpa pelampung dan tak bisa berenang, ia lantas nekat terjun ke laut.

“Sampai kemudian aku keluar kedorong-dorong orang, terus pas berhasil keluar, aku diam kayak orang bingung. Di situ sudah ada api, sudah berebut pelampung. Terus aku lihat air, aku nggak bisa berenang, ”ujar Desi.

Entah berapa lama Desi terombang-ambing, hingga akhirnya berpegangan pada gabus yang mengambang di laut. Saat itu, Desi hanya melihat seorang temannya, sang majikan beserta suami dan anaknya.

Namun ia tak melihat keluarga majikannya yang lain; yakni ibu, saudara majikan pun pengasuh keluarga tersebut. Hingga belakangan, ibu majikan dan pengasuh ditemukan –tewas terpanggang.

Desi dan puluhan penumpang lainnya kemudian diselamatkan kapal pengangkut sampah.

Saat saya bertanya bagaimana keadaan di kapal, sebelum Desi memutuskan terjun. Dia terdiam sejenak. Memejamkan mata dan mengingat serpihan peristiwa yang merenggut salah satu keluarga majikannya.

“Kan bangku banyak yang kosong. Kenapa yang bawah kedesek-desek. Kenapa pada di bawah semua. Kan yang atas sudah pada pakai pelampung, kenapa ke bawah semua. Ya atas bisa keluar. Tapi memang salahnya nggak pada mau nyebur, “ungkapnya.

Salah satu Anak Buah Kapal (ABK) Zahro Express, Misan, tahu ada yang tak beres di dek bawah dari salah satu penumpang. Si penumpang itu, melapor ada asap dari ruang mesin.

Misan yang saat itu berada di dek atas, hendak ke ruang mesin. Tapi belum juga sampai, terdengar bunyi dentuman.

“Ada laporan dari salah satu penumpang. Mas-mas ada asap terbakar. Saya bilang kapten. Kapten langsung lari liat kondisi mesin. Saya mau masuk ke dalam. Tapi penumpang pada keluar. Saya arahin ke atas dek. Evakuasi saya tuh. Asapnya muncul dari dalam mesin, ”ujar Misan.

Misan masih ingat, api begitu cepat menyambar dari arah belakang . Detik itu juga, ia dan kapten kapal Zahro Express, Muhamad Nali, membagikan jaket pelampung –berharap penumpang mau menyeburkan diri ke laut.

Tapi banyak penumpang justru tertahan di pinggir kapal. Padahal api kian membesar.

“Kapten bilang nyebur-nyebur. Tapi saat itu posisi di bawah dek, di luar ada satu keluarga yang nggak mau nyebur. Bapaknya gendong bayi. Ibunya bawa dua anak. Feeling saya 3 dan 6 tahunan. Itu mereka penumpang terakhir. Mereka nggak mau nyebur, tapi sudah pada pake life jacket, ”papar Misan.

Misan, masih syok. Sebab, sebelum berangkat, tak ada masalah di mesin.

“Mesin itu di dalamnya bahan bakarnya solar.  Kalau bicara solar, tetesan solar, ada api butuh waktu gede, nggak langsung nyamber. Ini beda, saya nggak tahu deh, ini beda, ketika kebakar, itu cepat masuknya, satu kapal itu habis . Saya juga nggak ngerti, bingung, ”ungkap Misan.

Pasca kejadian nahas itu, kapten Zahro Express ditetapkan sebagai tersangka atas pasal kelalaian. Hukuman 10 tahun penjara menunggu.

Tapi, persoalan tak berhenti di situ. Sebab belakangan diketahui jumlah penumpang di kapal dengan manifest di Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Muara Angke, berbeda.

Dalam manifest tercatat 100 orang, tapi di atas kapal jumlahnya sekitar 230 orang.Membengkaknya jumlah penumpang itu lantaran ada limpahan penumpang dari kapal Hasbi Jaya dan Dolphin sekira 60 orang.

Sebenarnya Zahro mau berangkat, nunggu kapten lagi lapor. Tanpa sengaja, penumpang Hasbi Jaya, mau masuk kapal, itu pengakuan dari koordinator udah over load kemudian minta dinaikin ke Zahro Ekspres, ”kata Misan.

Misan mengakui, semestinya kapten Muhamad Nali melaporkan penambahan penumpang itu ke KSOP. Sial, urung dilakukan –alasannya sudah menjadi kebiasaan.

Terbakarnya kapal Zahro Express masih diselidiki Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Kepala Subkomite Investigasi Kecelakaan Pelayaran, Aldrin Dalimunte, menyebut KNKT membawa dua dinamo dari olah tempat kejadian perkara bangkai kapal.

"Barang bukti ini akan kami perdalam lagi dan akan perdalam lagi dan akan kami bawa ke laboratorium di knkt, untuk analisa lebih lanjut. Yang dibawa dinamo aja, yang dalam box dinamo juga hanya dari tempat yang berbeda, ”kata Aldrin.

Dugaan sementara, kapal Zahro terbakar karena korsleting listrik. Namun begitu, buruknya pengelolaan dan manajemen kapal wisata ke Kepulauan Seribu, menunjukkan bahwa transportasi laut tak pernah terurus.

Penulis : Eli Kamilah/ Sumber : Kantor Berita Radio (KBR)

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas