Analisis Peneliti CSIS soal Dukungan PSI ke Jokowi di Pilpres 2019
PSI secara resmi memberikan dukungan kepada Joko Widodo (Jokowi) mencalonkan lagi sebagai presiden di Pilpres 2019 mendatang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti dari CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Arya Fernandes menilai wajar jika Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sejak dini mencalonkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden pada Pilpres 2019 mendatang.
"Karena 2019 Pilpres dan Pileg dilakukan serentak," kata Fernandes ketika dikonfirmasi, Minggu (16/4/2017).
Menurut dia hal itu menyebabkan partai politik peserta Pemilu mencalonkan figur capres kuat seperti Jokowi yang imbasnya diharapkan berpengaruh positif terhadap perolehan suara partai bersangkutan di Pemilu Legislatif.
"Partai tersebut berharap dukungan kuat kepada Jokowi akan berpengaruh pada efek elektoral partai," ujar Arya.
Baca: Pengamat: Dukungan PSI untuk Jokowi di Pilpres 2019 Sifatnya Saling Menguntungkan
Diberitakan sebelumnya, PSI secara resmi memberikan dukungan kepada Joko Widodo (Jokowi) mencalonkan lagi sebagai presiden di Pilpres 2019 mendatang.
Dukungan itu disampaikan DPP PSI melalui ketua umumnya Grace Natalie usai silaturahmi pengurus DPP PSI dengan Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta Kamis lalu.
Lebih jauh, Arya menegaskan bahwa besar kemungkinan internal partai tidak memiliki sosok yang bisa dicalonkan presiden sehingga menarik tokoh lain yang berpotensi terpilih untuk dicalonkan.
"PSI tentu tidak punya tokoh internal kuat dapat meningkatkan awarnes publik partai itu sehingga butuh tokoh kuat untuk mendapatkan perhatian publik di luar partai," ujarnya.
Baca: Pengamat: Dukungan PSI Menambah Kekuatan Jokowi di Pilpres 2019
Dia menjelaskan dukungan awal partai politik kepada calon presiden akan terasa dalam beberapa saat mendatang.
Ini merupakan konsekuensi atas pelaksanaan Pilpres dan Pileg serentak di Pemilu 2019.
"Kalau tidak ada figur kuat di partainya maka ini akan jadi tren politik," ujarnya.
Bagi Jokowi, Arya mengatakan akan mendulang manfaat besar sebab dari sisi medium kampanye tentu akan menguntungkan sebab dikampanyekan banyak partai.
"Misalnya partai usung Jokowi memasang spanduk banyak bisa sosialisasi lebih awal. Dari sisi jangkauan akan lebih besar apalagi diusung banyak partai. Tidak usaha bagi Jokowi repot-repot untuk kampanye karena sudah dikampanyekan partai," ujarnya.
Arya memprediksi usai pilkada putaran ketiga tahun 2018 mendatang, masyarakat kembali akan disibukkan dengan pelaksanaan Pilpres 2019.
"Ini akan menjadi perhatian publik," ujarnya.