Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Prajurit TNI Tewas Akibat Latihan Perang di Natuna, Kadispenad Jelaskan Penyebabnya

"Laras itu kan ada pembatasnya. Pembatasnya itu tidak berfungsi karena mengalami kerusakan sehingga larasnya itu menjadi liar," ujar Kadispenad.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 4 Prajurit TNI Tewas Akibat Latihan Perang di Natuna, Kadispenad Jelaskan Penyebabnya
IST
Ilustrasi latihan perang TNI AD. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ledakan keras yang terjadi saat gladi bersih latihan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) di Tanjung Datuk Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (17/5/2017) siang, diduga disebabkan malfungsi dari meriam pelontar peluru kaliber 23 mm.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadipenad) Brigjen Arm Alfret Dennny Tuejeh.

"Laras itu kan ada pembatasnya. Pembatasnya itu tidak berfungsi karena mengalami kerusakan sehingga larasnya itu menjadi liar," ujar Kadispenad saat dihubungi Tribunnews.com.

Saat meriam atau kanon tipe 80 Giant Bow pelontar peluru kaliber 23 mm ditembakkan maka pembatas laras tiba-tiba tidak berfungsi sehingga arah tembakan berubah dan menghajar sejumlah anggota TNI yang berada di lokasi gladi bersih.

Baca: Ini Identitas 4 Prajurit TNI yang Tewas Akibat Latihan Perang di Natuna

Alhasil sejumlah anggota TNI dilaporkan tewas dan sebagaian lainnya luka-luka.

"Memang di sini ada malfungsi, dia mengalami kerusakan. Tapi pastinya seperti apa, kita masih sedang dalami," ujarnya.

BERITA TERKAIT

Berapa pastinya peluru yang dimuntahkan meriam anti serangan udara itu saat pembatas laras tiba-tiba tidak berfungsi, Kadispenad menyebut hal tersebut masih dalam penyelidikan pihaknya.

Penyebab kenapa tiba-tiba meriam yang dibeli tahun 2003 lalu itu bisa rusak, juga masih dalam penyelidikan.

Dikutip dari Indomiliter.com, diketahui meriam penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, Cina.

Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem.

Altileri tersebut merupakan jiplakan dari produk serupa asal negara lain. Type 80 merupakan jiplakan dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia.

Meriam tersebut punya bobot 1.250 kg, dan dipindahkan ke lokasi tempur dengan ditarik oleh truk.

Meriam yang dioperasikan oleh lima personil itu, bisa langsung difungsikan dalam waktu sekitara lima menit.

Giant Bow adalah alat utama sistem senjata (alutsista) dibawah Yon Arhanudri 1 Kostrad, yang bermarkas di bilangan Serpong, Tangerang – Banten.

Selain punya tanggungjawab menjadi perisai bandara Soetta, batalyon ini juga punya tugas untuk mengamankan Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang – Banten.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas