Fakta-fakta Seputar Meriam Buatan Cina yang Makan Korban Saat Latihan PPRC di Natuna
Insiden terjadi saat Gladi bersih latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk, Natuna, Rabu (17/5/2017).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Sebanyak 9 unit Meriam merk Giant Bow disiagakan dalam Latihan PPRC TNI yang melibatkan tiga Angkatan tersebut.
Masing-masing meriam diawaki tujuh personil.
Ketujuh personil tersebut bertugas sebagai pengemudi, Komandan Regu, Penembak, dan Pelayan Amunisi.
Mengutip keterangan Komandan Pleton (Danton) II Baterai Meriam B, Letda Arh Angga Trisna Nugraha di Karang Teko, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (31/5/2014) lalu.
Saat itu, Prajurit dari kesatuan Baterai Arteleri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23 mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (30/5/2014).
Ia menjelaskan, para personel tersebut menyiapkan amunisi ke dalam meriam.
Amunisi diletakkan di sebuah kotak bernama magesan di sisi kanan dan kiri meriam.
Masing-masing magesan berisi 50 butir peluru.
"Meriam ini terdiri dari 2 mesin penembak dan 2 laras dengan kecepatan keluar munisi 250 butir per menit," ujarnya, saat itu.
Mereka menggunakan pesawat rakitan sebagai sasaran tembak.
Pesawat tersebut diterbangkan dari lokasi yang sama dengan lokasi meriam buatan Tiongkok itu berada.
Meriam yang datang ke Indonesia tahun 2003 ini unggul dalam hal menembak sasaran udara bergerak, khususnya heli.
Senjata ini menyebar sehingga sasaran lebih banyak.
"Tank juga bisa tembus, tapi sasaran kita adalah sasaran udara. Tingkat presisinya 90 persen mengenai sasaran," tutur Angga.