Mantan Anggota Al Qaeda ini Beberkan Kebiasaan-kebiasaan 'Aneh' Para Napi Teroris di Tahanan
Sofyan mengungkap ada kebiasaan-kebiasaan aneh para napi teroris seperti dirinya yang kerap dilakukan di dalam tahanan.
Editor: Rendy Sadikin
Sofyan Tsauri menjadi polisi selama 13 tahun.
Ayah dan kakaknya juga merupakan anggota Polri.
Namun, paham radikal perlahan masuk ke kepalanya dan mengubahnya menjadi teroris dan bergabung dengan Al Qaeda.
Sofyan mengatakan, doktrin radikal mulai memengaruhinya setelah melihat adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah dan konflik yang terjadi di negara-negara Islam.
"Penyerangan instansi di Iran, konflik Afghanistan, itu menggerakkan nurani daya sehingga punya simpati pada penderitaan muslim," ujar Sofyan.
Bahkan, Sofyan menganggap serangan di World Trade Center, New York, pada 11 September 2001 sebagai aksi yang mengagumkan, bukan kejam.
Menurut dia, Amerika pantas menerimanya karena menerapkan kebijakan yang tidak adil terhadap Islam.
Sofyan semakin mantap menjadi teroris setelah menyambangi Bagus Budi Pranoto alias Urwah dan Deni, dua terpidana teroris, di penjara.
Keduanya merupakan anak buah Noordin M Top, pelaku pengeboman Hotel JW Marriot dan serangkaian aksi lainnya.
Sofyan mendapatkan cerita bagaimana kelompok mereka memperjuangkan Islam dan melawan pihak-pihak yang dianggap toghut.
Interaksi itu menimbulkan kesan bagi Sofyan.
"Bahkan saya kunjungi mereka dengan baju seragam. Saya mendalami logika pikir mereka. Saya saat itu betul-betul kagumi cara pikir mereka dengan sifat kepahlawanan mereka," kata Sofyan.
Akhirnya, Sofyan bergabung dengan Al Qaeda dan diutus ke Aceh untuk melakukan pelatihan militer.
Di sana, Sofyan memberi pelatihan dasar militer dan menyuplai senjata untuk kelompok teroris.