Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Proyek Pembuatan Pesawat Tempur Indonesia-Korea Selatan Baru Rampung 14 Persen

Proyek pembuatan pesawat tempur kerjasama antara Indonesia dengan pemerintah Korea Selatan masih terus berlanjut.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Proyek Pembuatan Pesawat Tempur Indonesia-Korea Selatan Baru Rampung 14 Persen
net
Pesawat tempur KFX/IFX yang tengah dikerjakan bersama antara Indonesia dan Korea Selatan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Proyek pembuatan pesawat tempur kerjasama antara Indonesia dengan pemerintah Korea Selatan masih terus berlanjut.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitang) Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Anne Kusmayati menyebut sudah sekitar empat belas persen dari proyek selesai dilaksanakan.


Dalam pemaparannya di kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2017), Anna Kusmayati menyebut proses Engineering Manufacturing Development (EMD) sudah dimulai sejak Januari tahun 2016 lalu.

Saat ini yang masih dikerjakan adalah merampungkan Preliminary Design Reveiw (PDR), yang mencakup design dasar dari keseluruhan sistem, dan akan dilanjutkan dengan perampungan Critical Design Review (CDR).

"Ini ditetapkan bersama antar pemerintah RI (Republik Indonesia) dan Korea," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Proses pembuatan pesawat yang nantinya akan dinamakan Indonesian Fighter - Experiment (KI-X) itu berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Anne Kusmayati menyebut rencanannya roll out pada tahun 2020, dan akan melakukan uji coba pertamanya pada tahun 2021.

Setelahnya selama enam tahun, pesawat prototipe itu akan menjalani berbagai uji coba, dan pada tahun 2026 ditargetkan pesawat itu sudah mengantongi sertifikasi.

"Ini program investasi sangat panjang, sepuluh tahun kita untuk (pembuatan) prototipe (purwarupa), bukan produksi, lalu test flight dan sertifikasi," katanya.

Pesawat yang siap digunakan setelah tahun 2026 itu, adalah pesawat tempur generasi 4.5, dengan dilengkapi antara lain Electric Optical Targeting System (EOTS), Infra Red Sistem Targeting (IRST), radar Actice electronically Scanner Array (AESA), dan pengacau sinyal.

Dari 100 persen kerjsama, beban pemerintah Indonesia hanya sekitar 20 persen. Namun demikian Indonesia bisa mengakses seluruh data mulai dari tahap awal hingga pascaproduksi.

Data-data tersebut menurutnya adalah modal, untuk mengembangkan industri pertahanan Indonesia ke tingkat selanjutnya.

Kapuslitbang Iptekhan Balitbang Kemhan, Marsma TNI Bambang Wijanarko mengatkan walaupun saat ini sudah ada pesawat generasi ke 5 dan pada tahun 2026 Indonesia baru membangun pesawat generasi 4.5, namun hal tersebut masih merupakan sebuah keuntungan.

Pasalnya jika produksi pertama sukses, maka bukan hal yang sulit untuk meningkatkan kecanggihan teknologi pesawat, demi menyamai kecanggihan pesawat dari merek-merek yang sudah ada saat ini.

"Selanjutnya kita bangun pesawat sesuai misi, apa yang kita butuhkan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas