Dinilai Janggal, Sketsa Wajah Terduga Penyerang Novel Baru Diumumkan Usai Kapolri Dipanggil Presiden
Mabes Polri akhirnya mengumumkan sketsa wajah laki-laki yang diduga sebagai pelaku penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri akhirnya merilis sketsa wajah laki-laki yang diduga sebagai pelaku penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Namun demikian, pengacara dari Koalisi Masyarakat Sipil yang mengawal kasus Novel, Julius Ibrani menilai proses penyidikan oleh Polri masih bisa dikatakan lamban.
Ia menganggap sketsa yang diumumkan oleh Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian pada Senin lalu (31/7/2017) itu, seharusnya sudah bisa diperoleh Polri dua sampai tiga hari setelah Novel disiram air keras pada 11 April lalu.
Julius Ibrani berani berpendapat demikian karena pihaknya sudah melakukan hal yang sama seperti polisi yakni menyisir saksi dan mengumpulkan keterangan mereka.
"Dan saksi yang melihat pelaku banyak. Mereka menggambarkan pelaku itu berkulit gelap, berambut cepak, agak tinggi, ciri-ciri yang sama yang dirilis oleh Kapolri," ujarnya saat dihubungi.
Baca: Novel Sebut Jenderal Terlibat, Polisi: Siapa? Buktinya Apa? Saksinya Siapa?
Tidak hanya lamanya proses penyidikan yang harus dipertanyakan, menurut Julius Ibrani, pengumuman yang dilakukan oleh Tito Karnavian pada Senin kemarin juga harus dipertanyakan.
Pasalnya Kapolri mengumumkan sketsa tersebut setelah ia dipanggil oleh Presiden RI. Joko Widodo, yang berniat menanyakan kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
"Ada yang janggal, Polisi mengeluarkan sketsa setelah Kapolri dipanggil Presiden. Selain itu pengumuman tersebut dillakukan setelah tidak lama sebelumnya, (Majalah) Tempo mengeluarkan sketsa versi mereka," ujarnya.
"Kami menangkap kesan, seperti ada keengganan oleh Polisi mengungkap kasus ini," katanya.
Ia mengingatkan, sebelumnya Novel adalah penyidik Polri yang diperbantukan ke KPK.
Di lembaga anti rasuah itu, Novel memimpin penyidik KPK lainnya dalam menyeret kasus di tubuh korlantas Polri pada 2012 lalu dan menyeret Irjen Pol Djoko Susilo.
Kasus tersebut mmemicu ketegangan antara Polri dengan KPK untuk kedua kalinya.
Setelah KPK menyeret Kakorlantas, Polri menyeret Novel melalui kasus pembunuhan seorang tersangka, yang terjadi saat Novel menjabat sebagai penyidik di wilayah Polda Bengkulu.
"Selain itu juga perlu diingat, Novel pernah menyebut ada keterlibatan Jenderal Polisi," terangnya.
Julius Ibrani mengaku percaya Polisi punya kemampuan yang luar biasa dalam mengungkap kasus kejahatan.
Hal itu terbukti dalam berbagai prestasi Polri selama ini, mulai dari mengungkap jaringan teror dengan informasi awal yang minim, hingga menangkap pelaku pembunuhan dengan bermodal CCTV.
Oleh karena itu, ia sangat berharap Polisi bisa mengungkap kasus Novel.