Ketua KWI: Kenapa Sekolah Lima Hari Harus Dipermasalahkan?
Suharyo mempertanyakan kenapa banyak kritik tajam yang diarahkan kepada kebijakan Kemendikbud tersebut.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Apresiasi untuk kebijakan sekolah lima hari yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengalir dari Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo.
Hal itu terjadi setelah kedua belah pihak melakukan dengar pendapat di Kantor KWI, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (25/8/2017).
Suharyo mempertanyakan kenapa banyak kritik tajam yang diarahkan kepada kebijakan Kemendikbud tersebut.
"Padahal setiap sekolah dibebaskan untuk menerapkan atau tidak, kenapa harus dipermasalahkan. Yang perlu didukung adalah cita-cita untuk penguatan pendidikan karakter," ujarnya usai pertemuan dengan Mendikbud tersebut.
Suharyo sendiri menyatakan pertemuan dengan Mendikbud memberi pencerahan tentang konsep lima hari sekolah tersebut.
Ia bahkan menyebut program itu memberikan masa depan yang lebih baik kepada anak-anak dan negara Indonesia.
"Sangat mencerahkan dan disebut membebaskan karena memberi cakrawala yang sangat luas. Tentu kami menghargai hal itu sebagai tugas yang diemban Kemendikbud," kata Suharyo.
Baca: Sediakan Angkutan Massal yang Baik Dulu, Baru Larang Sepeda Motor
Sementara itu Mendikbud mengaku dalam rangka pertemuan dengan Uskup Agung Jakarta itu untuk menyerap aspirasi masyarakat mengenai program penguatan pendidikan karakter melalui sekolah lima hari.
"Kehadiran kami di sini untuk mengadopsi dari sistem pendidikan yang berbasis nilai dan karakter serta kami berharap berbagai elemen pendidikan bisa memberi masukan seperti ini. Program seperti 'live in' ini tentu untuk membangun kemandirian, kerjasama, dan memecahkan masalah, apalagi komisi pendidikan KWI sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis karakter dan nilai," ujarnya.