Cerita Keluarga Tentang Tragedi Berdarah Sang Jenderal Ahmad Yani
Dibawah patung tersebut, tampak sebuah tulisan tulisan Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI A Yani.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
"Bapak sempat melontarkan kata-kata mengunakan bahasa Jawa 'Ono opo toh isuk-isuk Tjakrabirawa' gitu,"
"Bapak lalu keluar ke depan pintu, saya nunggu di lorong sini (pintu masuk samping) sama mbok Milah disamping mesin jahit. Lalu bapak keluar dialog disini (didepan pintu), yang mengadapi bapak sekitar 5 orang Tjakrabirawa karena yang lain (menyisir rumah). Sempat berdialog 'mereka (pasukan Tjakrabirawa) baru tau kali ya karena masing-masing hanya dikasih foto Ahmad Yani, karena mereka tidak banyak tau bapak,"
''Bapak dipanggil Presiden segera', bapak hanya bilang 'nanti saya akan menghadap Pak Presiden jam 08.00', 'tidak bisa pak, sekarang juga,"
"Karena kasarnya itu, 'kamu itu prajurit tau apa?', saat itu juga dipukul sama bapak. 'Saya mau mandi dulu, kata Bapak. Trus bapak tutup pintu. Habis tutup pintu, jalan berapa langkah yang bagian belakang yang dipukul itu langung menembak bapak," cerita pria berkaca mata tersebut.
Eddy juga cempat mengungkapkan bahwa dirinya sempat tidak mau bercerita kepada banyak orang soal peristiwa berdarah tersebut.
Sebagai informasi, Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, putra dari Bapak Sarjo dan Ibu Murtini.
Beliau mengenyam pendidikan HIS di Purworejo, kelas 2 pindah ke Magelang, Bogor dan tamat tahun 1935. Berlanjut ke MULO bagian B tamat tahun 1938 lalu AMS bagian B di Jakarta dengan prestasi A.
Jenderal Ahmad Yani masuk militer Belanda (Corps Opleiding Reserve) di Dinas Topografi dan menempuh pendidikan di Malang. Pada zaman Jepang 1943, beliau menempuh Heiho di Magelang sebagai Shodanco Tentara Sukarela Peta di Bogor.
Kariernya meliputi Shodanco, Chudancho, Daidancho 3 Resimen Magelang, Divisi V Purwokerto pimpinan Kolonel Sudirman.
Setelah Indonesia merdeka, karier Jenderal Ahmad Yani kian cemerlang sebagai Danyon IV Magelang, Danbrig Dip. Be 9/III Div III, dan Werkreise II/Brig 9/Kedu, Danbrig Kuda Putih 9/III Magelang, Danbrig "Q" Pragolo, Danbrig "N" Yudonegoro, dan RI XII Purwokerto.
Setelah itu ia sempat melanjutkan pendidikan di USA dan Inggris sebelum mejabat sebagai Asisten II, Deputi I, Deputi II Kasad, Men/Pangad.