Dorong Guru Belajar ke Jepang, Kemdikbud Prioritaskan Akses Teknologi Sekolah di Perbatasan
Namun, kondisi ini harus segera dibenahi. Sudah saatnya, pendidikan di kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T) mendapatkan akses teknologi
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini, kondisi sekolah-sekolah di kawasan perbatasan memprihatinkan. Minimnya infrastruktur dan akses teknologi merupakan wajah pendidikan di pelosok negeri.
Namun, kondisi ini harus segera dibenahi. Sudah saatnya, pendidikan di kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T) mendapatkan akses teknologi informasi.
Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, dalam sambutan agenda pertemuan guru-guru TIK, yang diselenggarakan Pustekkom Kemdikbud, di Oasis Amir Hotel, Jakarta, Rabu malam (27/09/2017).
Agenda ini juga dihadiri Sekjen Kemdikbud, Didik Suhardi, Ph.D dan Kepala Pustekkom, Gogot Suharwoto, Ph.D, dan 80 guru TIK dari kawasan perbatasan, dari 60 kabupaten di 23 provinsi.
Dalam agenda "Peningkatan Kompetensi Pemanfaatan TIK", Mendikbud berpesan pentingnya meningkatkan akses teknologi digital dan infrastruktur di kawasan pedalaman.
Mendikbud memberi tugas khusus kepada Kepala Pustekkom untuk bekerja keras serta fokus kepada sekolah-sekolah dan pengembangan kualitas guru-guru TIK di kawasan perbatasan.
Mendikbud mengharapkan peserta kegiatan dapat menjadi pelopor di daerah masing-masing, dan menjaga integritas terkait program penguatan karakter. Khususnya untuk SD, karena saat ini kita sedang mengalami krisis karakter yang sangat parah.
"Saat ini, dunia pendidikan internasional sedang gelisah. Karena mengejar prestasi sains, pendidikan moral kurang diperhatikan. Yang bagus di Jepang, moralitasnya terjaga, generasi mudanya punya karakter yang kuat," kata Mendikbud dalam press rilis yang diterima Tribunnews.com, Kamis (28/9/2017).
Di bidang pengembangan pendidikan, Mendikbud berharap agar guru-guru di kawasan 3T, menjadi pionir pemberdayaan masyarakat.
"Saya berharap, sekolah-sekolah di kawasan perbatasan menjadi ruang belajar masyarakat. Warga bisa ikut mengakses internet dan menggunakan laptop dan komputer untuk belajar bersama, mengakses informasi terbaru," terangnya.
Mendikbud juga berpesan agar guru-guru di kawasan perbatasan pantang menyerah.
"Sebagai guru pejuang, special force, guru-guru di kawasan perbatasan harus siap berjuang dalam kondisi apapun. Harus kreatif menyiasati keterbatasan infrastruktur," kata Prof. Muhadjir.
Selanjutnya, Mendikbud memberi beasiswa kepada guru berprestasi dari kawasan perbatasan. "Saya akan beri kesempatan belajar ke Jepang, bagi guru berprestasi, dari kawasan perbatasan," ungkap Muhadjir.
Kepala Pustekkom, Gogot Suharwoto, Ph.D, menyampaikan betapa program akses teknologi bagi sekolah-sekolah di kawasan perbatasan menjadi prioritas.
"Pustekkom Kemdikbud bekerja keras untuk mempercepat akses teknologi di sekolah-sekolah perbatasan. Program USO (Universal Service Obligation) yang bekerjasama dengan Kemkominfo, telah menjangkau 568 sekolah di seluruh Indonesia," ujar Gogot Suharwoto.
Pustekkom Kemdikbud berencana meneruskan program fasilitasi akses teknologi di kawasan perbatasan dan terluar