Kisah "Dokter Gelandangan" Rela Setiap Hari Blusukan ke Kawasan Kumuh, Ini Tujuannya
Dokter asal Surabaya ini rela meninggalkan kemapanan dan mendedikasikan diri bagi kemanusiaan.
Editor: Ferdinand Waskita
Bagai malaikat bagi kaum marginal, hampir setiap saat dia bersama timnya blusukan ke kawasan-kawasan padat penduduk, terminal sampai di tempat pembuangan sampah di Surabaya untuk memberi pengobatan gratis.
Baca: Terungkap, Kendaraan Ini Akan Antar Relawan Sampai Tamu VVIP Saat Nikahan Kahiyang Ayu
Sudah sekitar sembilan tahun ia menjalaninya.
Karena kepeduliannya itu, Michael sampai mendapat julukan sebagai ”Dokter Gelandangan”.
“Sudah menjadi sumpah saya, kalau jadi dokter maka dari ujung rambut sampai ujung kaki hidup akan saya abdikan untuk masyarakat miskin,” katanya penuh semangat.
Orangtua bangkrut
Kisah Michael menjadi pelayan kesehatan bagi kaum papa, sangat berliku dan pernuh warna.
“Rumah saya di Surabaya itu di jantung kota, setiap berangkat dan pulang sekolah dari SD-SMA di pinggir-pinggir jalan banyak sekali gelandangan. Saya lalu berpikir bagaimana nasib mereka ini, untuk makan saja susah, harus mengemis. Bagaimana kalau sakit?” kata Michael kecil.
Sejak itu terpatri dalam hatinya, kelak setelah tamat SMA dia akan kuliah di kedokteran supaya setelah lulus bisa berbuat sesuatu untuk para gelandangan.
Mendengar itu, orangtuanya gembira.
Siapa sih, yang tidak berbahagia punya anak yang bercita-cita jadi dokter.
Tapi cita-cita Michael tidak mulus.
Menjelang tamat SMA, toko sepatu di Pasar Turi, milik orangtua yang menjadi sumber penghasilan satu-satunya ludes terbakar.
Musibah itu membuat perekonomian keluarga oleng, bahkan sampai jatuh miskin karena tidak punya penghasilan apa-apa lagi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.