Kisah "Dokter Gelandangan" Rela Setiap Hari Blusukan ke Kawasan Kumuh, Ini Tujuannya
Dokter asal Surabaya ini rela meninggalkan kemapanan dan mendedikasikan diri bagi kemanusiaan.
Editor: Ferdinand Waskita
Baca: Motor Pelat Nomor Thailand Terjaring Razia, Polisi Sempat Mengira Milik Turis
Kemiskinan yang membuat orangtuanya tak yakin bisa biayai kuliah.
Meski dihimpit kemiskinan, Michael tidak mau menyerah dengan keadaan dan tetap ngotot ingin jadi dokter.
Dalam doanya, ia berjanji kelak kalau bisa menjadi dokter, maka dari ujung rambut sampai ujung kaki akan dibaktikan pada orang tidak mampu.
Naik kapal barang
Karena keinginannya menjadi dokter sangat kuat, kedua orangtuanya tidak bisa melarang ketika ia berangkat ke Manado untuk mendaftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).
“Pertimbangan saya, karena kalau saya daftar ke Unair Surabaya kansnya lebih kecil untuk bisa diterima,” dalih Michael.
Dengan uang pas-pasan, ditambah gelang emas ibunya (hadiah pernikahan) yang bisa dijual kalau kepepet, dia naik kapal barang menuju Manado.
“Kalau naik kapal barang ‘kan murah. Jadi selama dua minggu saya tidur di dek kapal atau kamar mesin,” paparnya.
Ada kejadian di luar nalar yang tak bisa dilupakannya sampai saat ini. Begitu turun dari kapal dia bingung mencari tempat kos mengingat dirinya sama sekali tak pernah tahu kota Manado.
Saat berjalan kaki tak tentu arah, dilihatnya sebuah rumah kuno besar di pinggir jalan.
Iseng Michael mengetuk pintunya, siapa tahu bisa kos murah di tempat tersebut.
“Tapi begitu pintu dibuka yang keluar oma-oma tua yang cerewet dan marah-marah karena ketukan pintu saya dianggap menganggu istirahatnya,” kata Michael yang akhirnya bergegas pergi.
Di saat makan siang di warung kaki lima tiba-tiba itu muncul dorongan kuat agar dirinya kembali ke rumah Oma yang sempat dia datangi tadi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.