Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ansor Harus Jadi Pagar Utama Menjaga NKRI kata KH Abuya Muhtadi

KH Abuya Muhtadi, mengajak seluruh komponen masyarakat untuk siap mengantisipasi paham radikal yang saat ini berkembang.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Ansor Harus Jadi Pagar Utama Menjaga NKRI kata KH Abuya Muhtadi
nu.or.id
KH Abuya Muhtadi 

TRIBUNNEWS.COM, PANDEGLANG - KH Abuya Muhtadi adalah Kiai kharismatis dari Pondok Pesantren Cidahu, Pandeglang, Banten, mengajak seluruh komponen masyarakat untuk siap mengantisipasi paham radikal yang saat ini berkembang.

Sebab itu, ia meminta kepada Gerakan Pemuda Ansor untuk ikut memberi sumbangsih kepada negara dalam upaya mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi terhadap berkembangnya paham radikal agama tersebut.

"Ansor harus mengantisipasi segala kemungkinan. Menjaga negara baik-baik. Sekarang ini banyak ormas-ormas berpaham radikal yang mencoba mengacak-acak negara dan masyarakat," ungkap KH Abuya Muhtadi, di depan ratusan kiai muda Ansor se DKI, Banten, dan Jawa Barat, di Ponpes Cidahu, Pandeglang, Banten, Senin lalu.

Sekitar 400 kiai muda yang tergabung dalam Rijalul Ansor tiga provinsi tersebut datang ke Ponpes milik Abuya Muhtadi untuk mengikuti Halaqoh Kiai Muda Gerakan Pemuda Ansor bertema "Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung", yang berlangsung hingga Senin (20/11) malam.

Hadir sebagai pembicara Khatib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Lesbumi KH Agus Sunyoto, dll.

Ketua PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas yang hadir dalam acara itu mengatakan, acara halaqoh ini salah satunya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui para kiai muda untuk mewaspadi penyebaran paham radikal atas nama agama.

"Radikalisme agama ini mengancam keutuhan NKRI dan sendi-sendi kehidupan beragama yang majemuk, terutama membenturkan sesama umat Islam. Melalui para kiai muda Ansor, kita mengajak jemaah agar waspada," ujar Gus Yaqut, sapaan akrabnya.

Berita Rekomendasi

Gus Yaqut juga mengingatkan agar setiap dakwah yang dilakukan tak lepas dari khasanah dan kearifan lokal.

Sebab, Islam Indonesia adalah hasil dari akulturasi budaya lokal dan agama Islam itu sendiri.

"Saya mengajak untuk menoleh kembali pandangan Islam di mana bumi kita pijak. Jangan asal impor pemahaman Islam dari luar. Islam Nusantara, yang tidak menafikan budaya lokal, inilah kekuatan Islam Indonesia. Seperti dakwah Walisongo dan kiai-kiai NU," urainya.

Ketua Rijalul Ansor Sholahulam Notobuwono sependapat, paham-paham radikal berupaya terus menyusup ke tengah-tengah masyarakat hingga lingkungan pondok pesantren.

Ia mengimbau agar warga tidak menelan mentah-mentah jika ada orang atau kelompok tertentu yang menyebarkan ajaran yang dirasa menyimpang.

"Tanya ke kiai atau ulama. Apa yang disampaikan jangan diterima begitu saja," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas