Yess, Nilai Audit Keselamatan ICAO Untuk Indonesia di Atas Rata-rata Dunia
Terutama dalam hal implementasi aturan-aturan keselamatan penerbangan Internasional yang tercantum dalam Annex 1 s/d 19 ICAO.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor Perhubungan Udara Indonesia patut berbangga hati dengan pencapaian Audit Keselamatan Penerbangan Internasional yang jauh di atas rata-rata. Dari hasil On Site Visit ICAO Coordinated Validation Mission (ICVM) Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang dilakukan pada tanggal 10-18 Oktober 2017 lalu, nilai efektivitas implementasi Indonesia mencapai 81,15 %. Jauh di atas rata-rata efektivitas implementasi negara-negara lain di dunia yang 62 %.
Dengan hasil ini, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asean, Indonesia menduduki rangking ke-2 di bawah Singapura. Sedangkan kalau di antara negara-negara Asia Pasifik, Indonesia masuk dalam peringkat ke 55 yang sebelumnya berada pada peringkat 151.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyambut baik keberhasilan Indonesia dalam audit Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP) ICAO ini. Menurutnya, hasil audit ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
"Di sisi lain, perbaikan kinerja Perhubungan Udara juga akan dapat menunjang konektivitas transportasi di Indonesia lebih baik lagi sehingga pembangunan di seluruh Indonesia akan lebih merata dan kesejahteraan rakyat Indonesia lebih meningkat," ujar Budi Karya dalam keterangan persnya, Rabu (22/11/2017).
Sementara itu Direktur Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso menyatakan bahwa keberhasilan ini menunjukkan kinerja Penerbangan Indonesia diakui dengan sangat baik oleh dunia Internasional. Terutama dalam hal implementasi aturan-aturan keselamatan penerbangan Internasional yang tercantum dalam Annex 1 s/d 19 ICAO.
"Untuk itu saya menyatakan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung sektor penerbangan Indonesia sehingga mencapai hasil yang tinggi tersebut, baik dari kalangan regulator, operator dan masyarakat Indonesia," ujarnya.
Seperti diketahui, pada 10 s/d 18 Oktober 20172017 lalu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) melakukan Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP)/ AuditPengawasan Keselamatan Penerbangan di Indonesia. Audit dilakukan secara langsung (on site) melalui proses ICVM (ICAO Coordinated Validation Mission) setelah dilakukan audit dokumen (off site) pada September 2017 lalu.
Ada 8 area yang menjadi fokus ICVM dari ICAO, yaitu Legislation (LEG), Organization (ORG), Personnel Licensing (PEL), Airworthiness (AIR) , Operations (OPS), Air Navigation (ANS), Aircraft Investigation (AIG) dan Aerodromes (AGA).
Agus Santoso optimis akan pencapaian keselamatan penerbangan Indonesia dan mendapatkan poin penilaian di atas rata-rata dunia. Keyakinan Agus ini bukan tanpa alasan, mengingat langkah-langkah perbaikan yang sudah dilakukan oleh jajaran Ditjen Perhubungan Udara dari awal tahun 2017 lalu hingga saat ini.
"Pada tahap off site, hingga 10 September lalu kita sudah berhasil menjawab 417 dari 421 (hampir 100 %) temuan atau finding Protocol Questions (PQs). Hasilnya telah dikirimkan oleh NCMC (National Continous Monitoring Coordinator) pada ICAO HQ melalui OLF (Online Frame Work) CMA. Untuk itulah saya optimis hasil dari on site juga akan tinggi karena apa yang kita laporkan (offsite) sama dengan apa yang kita kerjakan (onsite)," ujar Agus.
ICAO telah beberapa kali melakukan audit USOAP pada Indonesia dengan hasil kurang meyakinkan. Pada tahun 2007, hasil audit ICAO hanya Compliance 54 %. Tahun 2014, hasil Audit ICAO justru turun menjadi Compliance 45 %. Dan pada tahun 2016 hasilnya naik sedikit menjadi Compliance 51 % (offsite Validation). Skor compliance ini masih di bawah rata-rata dunia dengan passing grade 63 %.
Namun berbagai langkah koreksi dan perbaikan segera dilakukan dengan kerja keras dan kerjasama yang apik antara regulator, operator dan segnap pemangkukepentingan penerbangan di Indonesia. Dan hasil yang sangat baik akhirnya diperoleh pada saat dilakukan ICVM di mana Indonesia berhasil mencapai implementasi sebesar 81, 15 %.