Dampak Pilkada DKI, Isu SARA Diprediksi Akan Kembali Dimanfaatkan Oknum Politisi
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di DKI Jakarta 2017 berdampak buruk terhadap ajang pesta demokrasi di Indonesia.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di DKI Jakarta 2017 berdampak buruk terhadap ajang pesta demokrasi di Indonesia.
Penyebaran isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) di media sosial, seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI dikhawatirkan terulang kembali.
Baca: ICW Mencatat Fredrich Yunadi Jadi Advokat ke-22 yang Dijerat Dengan UU Tindak Pidana Korupsi
Politikus PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, mengatakan oknum sengaja membuat politik SARA untuk mencari dukungan dari sejumlah pihak serta memanfaatkan situasi yang ada sebagai upaya mendapatkan kekuasaan.
"Ini tantangan. Memang tidak mudah, karena politik SARA cepat membakar. Ibarat ladang kering, tinggal sulut bensin sedikit menarok api langsung membakar. Itu murah memanfaatkan ketidakmengertian orang," ujar Budiman dalam Diskusi Kebangsaan Biologi Politik "Politik dari Sudut Pandang Kedokteran" di Museum Kebangkitan Nasional, Minggu (14/1/2018).
Baca: Kemendagri Tak Halangi Kepala Daerah Belajar Ke Luar Negeri, Asal Izin
Dia menjelaskan, fenomena isu SARA muncul, karena satu perasaan ketidaknyamanan terhadap keadaan.
Kemudian menyatu sehingga menyalahkan orang lain yang berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, dan berbeda golongan.
Dia menilai, isu SARA selalu diangkat oknum politisi yang menunggangi situasi tanpa memberikan solusi.
Hanya menebar kebencian untuk membuat orang berkumpul di sekitarnya.
Baca: Rumah Mantan Menteri Harmoko Dibobol Maling Saat Berlibur ke Jepang, Uang dan Perhiasan Raib
Menurut dia, politisi itu mengarahkan kepada rakyat supaya membenci kepada penganut agama atau suku tertentu.
"Harus diakui akibat dari Pilkada DKI orang merasa ada cara mudah, murah, murahan membakar itu semua," katanya.