Pengamat: Politik Uang Tidak Efektif Lagi, Semua Beralih Gunakan Isu SARA
Menurut Ketua Lingkar Madani Indonesia itu, hal ini tak lepas dari kurang efektifnya politik uang di era sekarang.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti mengungkapkan bahwa isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) tengah menjadi tren jelang Pilkada Serentak 2018.
Menurut Ketua Lingkar Madani Indonesia itu, hal ini tak lepas dari kurang efektifnya politik uang di era sekarang.
"Karena memang isu SARA ini lagi jadi trend. Jadi salah satu model pemenangan maka dipakai. Kalau uang yang tidak begitu efektif," ujar Ray, usai mengikuti acara Seruan Moral Kebhinekaan, di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2018).
Selain itu, Ray juga mengatakan jika isu SARA jauh berkali-kali lipat berbahaya daripada politik uang.
Ia mencontohkan isu SARA yang terjadi saat Pilkada DKI Jakarta tahun lalu, kericuhannya memiliki efek hingga meliputi seluruh Indonesia.
"Sekarang (sudah) tidak ada orang berantem gara-gara politik uang. Tapi isu SARA jelas bukan cuma memecah di mana warga melangsungkan Pilkada tapi juga memecah bangsa," ungkapnya.
Baca: Wiranto: Ancaman Hoaks dan Kampanye Hitam Akan Datang dari Peserta Pilkada
Bahkan, menurutnya isu SARA semakin menjadi-jadi, karena efektivitasnya dalam menjatuhkan lawan seperti pada masa Pilkada Serentak yang akan datang.
Saat isu SARA menyeruak, kata Ray, para politisi lebih banyak diam karena pertimbangan elektabilitas.
Namun, pada kesempatan lain mereka justru menggunakan isu tersebut untuk kepentingan politiknya.
Faktanya, kata Ray, ada politisi yang berteriak-teriak menolak isu SARA atau menjadi korban di satu tempat, tetapi ia turut menjadi pelaku penyebar isu SARA di tempat lain.
"Mereka yang tidak setuju isu SARA di DKI, tapi di daerah lain, itu bisa dipakai juga. Kita harus serukan kepada politisi secara umum untuk isu SARA, karena itu membuat Anda menang namun membuat Indonesia terbelah," pungkasnya.