Demi Soeharto, Ayah Probosutedjo Dieksekusi Tentara Belanda
Di Kemusuk ada makam para pejuang Serangan Umum 1 Maret. Nama pemakamannya Somenggalan. Letaknya di Desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampai detik ini belum diperoleh informasi apa nama lokasi pemakaman jenazah Probosutedjo, di Kemusuk, Yogyakarta.
Di Kemusuk ada makam para pejuang Serangan Umum 1 Maret. Nama pemakamannya Somenggalan. Letaknya di Desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul.
Di pemakaman itu, ada makam R Atmo Prawiro. Almarhum adalah ayah kandung Probosutedjo yang dieksekusi tentara Belanda karena bersikeras tidak memberitahukan informasi mengenai keberadaan Letkol Soeharto.
Belum lama ini, warga Desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, menggelar upacara dan ziarah tabur bunga memperingati Serangan Umum 1 Maret di komplek Makam Somenggalan, desa setempat, Rabu (28/2/2018).
Dipimpin Camat Sedayu, Fauzan Muarifin, upacara dihadiri berbagai unsur masyarakat mulai dari TNI-Polri, jajaran Muspika desa setempat, para veteran pejuang, pelajar, maupun masyarakat sekitar dusun Kemusuk.
Ikut hadir dalam acara itu kerabat Presiden kedua RI, Jenderal Besar HM Soeharto. Mereka adalah Soeharjo Soebardi dan istrinya serta anggota keluarga lainnya.
Baca: Kontes Adu Ganteng Dandani Daihatsu Dibuka, Surabaya Jadi Pertama
Menurut informasi dari Cendananews.com, makam Somenggalan merupakan tempat pemakaman para pejuang asal dusun Kemusuk yang gugur mempertahankan kemerdekaan pada masa pendudukan tentara Belanda.
Di masa Agresi Militer II pada 1948-1949, khususnya saat menghadapi tentara Belanda yang datang ke dusun Kemusuk untuk mencari Presiden Soeharto, yang saat itu masih berpangkat letnan kolonel.
Tercatat ada sekitar 202 warga dusun Kemusuk yang gugur dan dimakamkan di makam Somenggalan.
Di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, juga ada Museum Soeharto.
Peresmian Museum Soeharto dilakukan tanggal 8 Juni 2013. Bangunan bersejarah berbentuk museum yang menyimpan memoar dan peninggalan-peninggalan Jendral Besar TNI Soeharto.
Museum ini berdiri di atas tanah milik Soeharto. Museum diresmikan oleh Probosutedjo, adik Soeharto, bertepatan dengan hari lahir Soeharto.
Museum ini dibangun di atas lahan seluas 3.620 meter persegi, untuk untuk mengenang jasa dan pengabdian Soeharto semasa hidupnya untuk bangsa Indonesia agar dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Koleksi yang tersimpan di dalamnya antara lain benda kenangan milik Soeharto sejak berdinas di kemiliteran hingga saat menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, termasuk berbagai prestasi yang pernah diraih semasa menjabat Presiden ke-2 Indonesia.
Memasuki museum ini terdapat patung besar Jenderal Besar Soeharto, karya seniman Edhi Sunarso, bersebelahan dengan batu besar sebagai prasasti peresmian museum.
Dalam pendopo memajang peranti multimedia berisikan gambar-gambar perjuangan Soeharto serta buku elektronik yang bersebelahan dengan patuh setengah badan Soeharto.
Untuk melihat koleksi lengkap dari museum ini, pengunjung dapat memasuki ruang diorama yang dikemas dengan perpaduan tradisional dan modern.
Memasuki ruangan ini, pengunjung akan disambut dengan instalasi roll film berisi dokumentasi visual gerak tentang perjuangan Soeharto.
Selain itu juga terdapat diorama perjuangan ketika melakukan koordinasi dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman pada Serangan Umum 1 Maret 1949.
Di dalam diorama ini ada penggambaran ketika Soeharto diundang oleh FAO di Roma tahun 1985 untuk mendapatkan penghargaan keberhasilan dalam swasembada pangan.
Museum Soeharto berada di 10 km barat Kota Yogyakarta, bisa diakses melalui jalan Wates Km 10 Yogyakarta, dekat dengan jalan menuju Kampus Universitas Mercu Buana Yogyakarta atau melalui jalan Godean Sleman.