Sebelum Dipecat dari IDI, Mantan Kepala BIN Usulkan Terapi Cuci Otak Dokter Terawan Dapat Nobel
Terawan Agus Putranto adalah dokter dan tentara kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964.
Editor: Sugiyarto
"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi “cuci otak” itu, jelas Terawan.
Buktinya, setelah menerapkan metode DSA itu nama DR Terawan dan RSPAD pun melambung.
Pasien berbondong datang. Terawan lalu menyediakan dua lantai ruangan di RSPAD khusus untuk menangani pasien stroke.
Nama ruangnya CVV (Cerebro Vascular Center).
Bagian ini setiap hari bisa menangani sekitar 35 pasien. Biayanya antara paling murah Rp 30 juta per pasien.
Tapi ada juga yang menyebut bisa Rp 100 juta per pasien.
Bahkan cukup banyak tokoh sudah mencoba metode DSA itu.
Seperti mantan Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan dan isteri serta sejumlah figur publik lainnya.
Pujian dan penghargaan berdatangan kepada Terawan. Yang paling tinggi memuji adalah mantan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Setelah memberikan plakat penghargaan lewat Hendropriyono Strategic Consulting (HSC), pada 2015 lalu, Hendropriyono pernah bertekad akan memperjuangkan agar Terawan dengan metode modifikasi DSAnya bisa mendapatkan Hadiah Nobel.
Banyak yang kagum, umumnya kalangan awam, tapi banyak juga yang kontra.
Paling keras menolak adalah Prof DR dr Hasan Machfoed, ketua Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia (Perdossi).
Ia menilai ada salah kaprah dalam menerapkan metode “cuci otak” seperti yang dilakukan Terawan.