Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Singgung Puisi Sukmawati, Ketua Umum Kowani: Bicara Perempuan Tak Hanya soal Sanggul

Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang di dalamnya menyinggung tentang azan dan cadar menjadi kontroversi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Singgung Puisi Sukmawati, Ketua Umum Kowani: Bicara Perempuan Tak Hanya soal Sanggul
Ist/Tribunnews.com
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puisi Sukmawati Soekarnoputri yang di dalamnya menyinggung tentang azan dan cadar menjadi kontroversi.

Puisi berjudul 'Ibu Indonesia' itu menuai polemik.

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Giwo rubianto Wiyogo memberikan pendapatnya tentang kontroversi puisi yang dibawakan oleh Sukmawati Soekarnoputi itu.

Menurut dia, di bumi pertiwi yang beragam ini semua pihak harus dapat menjaga dan menghargai keragaman, termasuk yang dapat menyinggung keyakinan beragama.

"Bicara perempuan, tidak hanya bicara sanggul," kata Giwo dalam keterangannya, Selasa (3/4/2018).

Dikatakan bahwa perempuan cantik, tidak hanya cantik penampilan, tapi juga cantik batin (hati, kecerdasan, wawasan, akhlaq).

Baca: Anis Matta: Sukmawati Bisa Jadi Kasus Ahok Jilid II

BERITA TERKAIT

Lebih-lebih, kata dia, Kowani yang mendapat mandate sebagai “Ibu Bangsa” yang merupakan hasil keputusan Kongres Perempuan ke II tahun 1935.

"Dimana kewajiban perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berarti berusaha membina pertumbuhan generasi penerus yang lebih sadar akan kebangsaannya," katanya.

Dikatakan bahwa sudah menjadi aturan di KUHP kalau kita semua dilarang untuk bicara yang menyinggung SARA, demi keutuhan bangsa Indonesia.

"Kita prihatin karena Isu SARA sepertinya tak pernah mati. Ada saja pihak yang menggunakan isu SARA sebagai "senjata" untuk meraih tujuan," katanya.

Tujuan itu, lanjut Giwo, entah itu tujuan politik atau ekonomi.

"Bak komoditas yang laris manis, isu SARA selalu saja diproduksi dan direproduksi meski rambu regulasi sudah banyak diterbitkan di Indonesia," paparnya.

Menurut dia nama Ibu Indonesia adalah suatu hal yang mulia yang pada tahun 1935 dari hasil keputusan kongres menjelaskan bahwa wanita Indonesia wajib menjadi ibu bangsa sehingga bukan untuk urusan konde dan sebagainya tetapi Tugas sebagai Ibu Bangsa adalah sangat berat, vital, urgen namun sangat mulia karena harus mempersiapkan sebuah generasi yang sehat jasmani dan rohani, jujur, rajin, berkarakter, cakap, pintar, berpengetahuan, tahan uji, kreatif, inovatif, unggul dan berdaya saing, berwawasan luas.

"Dan memiliki wawasan kebangsaan yang militan tak mudah menyerah, kokoh tergoyahkan dan membanggakan. Ibu Bangsa memegang teguh persatuan dan kesatuan oleh karenanya maka etika kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi samgat penting," kata Giwo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas