Barisan Nisan Tanpa Nama di Monumen Mei 1998
Terlihat beberapa Petugas Harian Lepas yang menyirami rumput-rumput pemakaman. Ada juga yang tengah membabat tanaman liar
Penulis: Gita Irawan
Editor: Hendra Gunawan
Di sisi sebelah kanan prasasti itu terlihat 93 makam yang terdiri dari empat kolom makam dan 20 baris makam serta satu baris makam lainnya yang terdiri dari 13 makam.
Seluruh nisan makam tersebut bertuliskan tulisan yang sama yakni "KORBAN TRAGEDI 13-15 MEI 1998".
Tidak ada satu pun nisan di sana yang bertuliskan nama atau tanggal lahir yang tertera di atasnya seperti makam-makam lain di Pondok Ranggon.
Nisan tersebut terbuat dari batu alam. Rumput-rumput di makam tersebut tampak pendek dan terawat. Di sekeliling makam terlihat beberapa batang pohon kamboja yang belum berbunga.
Sementara di sisi kiri monumen terlihat sebuah taman rerumputan yang di beberapa titiknya ditumbuhi tanaman hias.
Di sisi timur area makam tersebut dibatasi oleh pemakan unit Kristen dan sebuah sungai yang pada Selasa (8/5/2018) tengah kering dan tidak ada airnya sama sekali.
Kepala Satuan Pelaksana Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon Jakarta Timur, Marton mengatakan bahwa tidak ada perlakuan yang berbeda terhadap makam para korban Tragedi Mei '98 yang menempati tanah seluas 284 meter persegi dari keseluruhan luas lahan TPU Pondok Rangon yang mencapai 675.032 meter persegi tersebut.
Namun ia mengatakan bahwa setiap satu bulan dua kali Petugas Harian Lepas (PHL) akan ditugaskan untuk membabat rumput-rumput dan tanaman liar yang ada di sekitar area tersebut. Ia mengatakan bahwa pengecatan area monumen dilakukan hanya setahun sekali pada bulan Mei. Itu karena menurutnya setiap tahun di area tersebut selalu ada acara peringatan Tragedi Mei '98.
"Nggak ada perlakuan khusus. Perawatan dilakukan sama seperti makam-makam yang lain," kata Marton.
Marton juga mengungkapkan bahwa seluruh petugas yang pada saat Mei 1998 tengah bertugas mengurus pemakaman jenazah para korban saat ini seluruhnya sudah pensiun dan digantikan dengan petugas-petugas baru, termasuk dirinya sehingga ketika Tribun menemuinya di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (8/5/2018) tidak ada satu pun petugas yang bisa menceritakan situasi ketika itu.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun dokumen seperti foto atau surat. Menurutnya hal itu dikarenakan kondisi dan situasi politik saat itu yang sedang memanas dan mencekam.
"Kondisi dan situasi (politik) waktu itu kan sedang (memanas) itu ya, jadi tidak ada (dokumentasi tersimpan)," kata Marton di kantor pengola TPU Pondok Ranggon.