PSI: Antisipasi, Bom Surabaya Bisa Pengaruhi Kunjungan Wisman
PSI mengingatkan perisitiwa tersebut bisa berdampak pada kinerja parisiwisata nasional
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai ledakan bom di Surabaya, Jawa Timur, tak banyak berpengaruh kepada perekonomian.
Namun, PSI mengingatkan perisitiwa tersebut bisa berdampak pada kinerja parisiwisata nasional.
“Yang mesti diwaspadai kinerja industri pariwisata nasional bisa terkoreksi. Target-target mungkin berat tercapai,” ucap Juru Bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis, Rizal Calvary Marimbo, di Jakarta dalam keterangannya, Rabu (16/5/2018).
Rizal mengatakan, industri ini sangat sensitif terhadap masalah keamanan. Apalagi Surabaya dekat dengan destinasi-destinasi andalan pariwisata nasional seperti Bali, Lombok serta Banyuwangi. “Tidak saja karena Surabaya kota terbesar kedua, tapi juga dekat dengan destinasi pariwisata andalan kita,” ujarnya.
Rizal mengatakan, bom Surabaya tak berpengaruh banyak kepada stabilitas perekonomian. Di dalam negeri, masyarakat sudah tidak terpengaruh lagi dengan isu-isu kegiatan terorisme. Sehingga aktifitas ekonomi akan berjalan seperti biasa. “Fundamental ekonomi kita sudah sangat kuat. Tidak apa-apa," ucap dia.
Hanya saja yang mesti diantisipasi sektor pariwisata, sebab di luar negeri muncul persepsi rendahnya rasa aman didalam negeri. Sehingga untuk sementara waktu, wisatawan manca negara (wisman) dapat saja melakukan penangguhan kunjungan ke Indonesia. “Ini yang harus kita waspadai dan antisipasi,” ucap dia.
Rizal mengatakan, tahun ini, pemerintah menarget kunjungan turis asing sebesar 17 juta. Pada tahun 2017 kunjungan wisatawan asing sebanyak 15 juta. Sebanyak 6 juta ditargetkan di Bali.
Sebanyak 18 destinasi wisata andalan yang tersebar di Sumatera (Medan/Danau Toba, Batam, Belitung, Padang, dan Palembang), Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Borobudur/Yogyakarta, Solo, Surabaya-Bromo-Tengger, dan Banyuwangi), Kalimantan (Balikpapan), Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok), Sulawesi (Makassar/Wakatobi dan Manado), dan Papua Barat (Raja Ampat).
Rizal mengatakan, sektor pariwisata sangat strategis ke depan sebab pariwisata akan menjadi kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2019. Pariwisata akan menggusur sektor migas yang sumbangannya terus menurun dan CPO.
Pada 2019, pemerintah menargetkan 20 juta wisatawan asing dengan devisa sekitar Rp 280 triliun. Penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata mencapai 12,6 juta orang dan indeks daya saing pariwisata Indonesia bakal berada di peringkat ke-30 dunia