AHY Merasa Media Massa Lebih Menyoroti Pilpres 2019 Ketimbang Kondisi Rakyat
AHY menilai aspek ekonomi harus menjadi perhatian utama bangsa Indonesia saat ini terutama dalam hal daya beli dan lapangan kerja.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komando Tugas Pemenangan (Kogasma) Pemilu Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sempat menyinggung media massa nasional dalam pidato politik yang disampaikannya pada Sabtu (9/6/2018), di Jakarta Convention Centre, Jakarta Pusat.
Ia menyinggung porsi pemberitaan media mengenai isu Pilpres 2019, yang menurutnya, lebih banyak ketimbang memberitakan kondisi masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.
“Selama setahun ini saya sudah berkeliling ke ratusan kabupaten dan kota di 22 provinsi dari Aceh sampai Papua, ada satu hal yang mengusik saya, yaitu apa yang kita rasakan tak sejalan dengan berita di media,” singgungnya.
Baca: Singgung Jargon Presiden Jokowi, AHY: Apa Kabar Revolusi Mental?
Ia menilai saat ini terasa sekali pemberitaan Pilpres 2019 jauh lebih besar dibandingkan masalah aktual yang dihadapi masyarakat dan menjadi perbincangan mulai dari warung kopi, kampus, hingga arisan warga.
Bahkan Agus mengaku dirinya pernah ditanya oleh duta besar dari suatu negara mengenai Pilpres 2019 dan kemungkinan calon yang akan diusung Demokrat.
Agus mengingatkan perhelatan Pilpres 2019 penting untuk menentukan nasib bangsa lima tahun mendatang.
Namun, momen itu akan berlangsung secara baik dan lancar tergantung kondisi stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan yang ada di Indonesia.
“Oleh karena itu sampai sekarang Partai Demokrat belum menentukan bekerja sama dengan siapa karena bagi kami ada yang lebih mendesak dibandingkan lobi-lobi berbagi kekuasaan, pada saatnya nanti Partai Demokrat akan berkerja sama dengan pihak yang memiliki visi sama yaitu mengutamakan rasa aman, keadilan, dan hak hidup bagi masyarakat,” tegas Agus.
Suami Annisa Pohan itu menilai aspek ekonomi harus menjadi perhatian utama bangsa Indonesia saat ini terutama dalam hal daya beli dan lapangan kerja.
Ia menjelaskan indikator ekonomi makro Indonesia memang relatif baik namun hal-hal berbeda dirasakan masyarakat.
“Banyak yang teriak harga-harga mahal, bahkan ada ungkapan dari warga yang terngiang bagi saya adalah jangankan untuk memikirkan sekolah anak mereka, untuk hidup saja sudah susah,” ungkap Agus.
Agus juga membahas sulitnya Indonesia bersaing di dunia global dengan fakta bahwa lebih dari 50 juta pekerja di Indonesia hanya mengenyam pendidikan terakhir sekolah dasar.
Oleh karena itu ia mengajak semua kader demokrat yang hadir malam itu dan media massa untuk mengedepankan isu kebutuhan yang mendesak bagi bangsa.
“Untuk itu saya dalam kesempatan ini mengajak kader dan media massa serta masyarakat untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan mendesak bangsa ini,” tukasnya.(*)