Dedi Mulyadi: Tagar 2019 Ganti Presiden Berpengaruh Terhadap Perolehan Suara Dalam Pilkada Jabar
"#GantiPresiden itu sangat mempengaruhi terhadap perolehan suara di pemilihan gubernur Jawa Barat,"
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi kalah dalam perolehan suara Pilkada Jawa Barat berdasar versi hitung cepat.
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei Pilkada Jawa Barat 2018 menunjukkan pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-UU Ruhzanul Ulum unggul dibandingkan tiga pasangan calon lainnya.
Baca: 200 Polisi Dikerahkan Dalam Uji Coba Perluasan Ganjil-Genap Hari Pertama
Dedi Mulyadi mengungkapkan jumlah perolehan suara 2DM (Deddy Mizwardi-Dedi Mulyadi) diluar prediksi saat pemungutan suara.
Ini berbeda jauh dibandingkan tingkat elektabilitas ketika survei yang dilakukan sebelum hari pemungutan suara.
Menurut Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Jawa Barat itu hasil pemungutan suara berbeda dibandingkan tingkat elektabilitas saat survei karena pengaruh dari salah satu pasangan calon mengusung gerakan #2019GantiPresiden.
Baca: Satu Anggota Polisi yang Hilang Di Papua Ditemukan Meninggal Di Sungai Mamberamo
Di tengah berlangsungnya Pilkada Jabar, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu, mengusung gerakan #2019GantiPresiden.
"Tagar ganti presiden itu sangat mempengaruhi terhadap perolehan suara di pemilihan gubernur Jawa Barat," ujar Dedi Mulyadi, ditemui di kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin (2/7/2018).
Sejak kemunculan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden, dia merasa, itu sebagai sebuah peringatan bagi pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.
Baca: Kronologi Pria Di Tangerang Tewas Setelah Menenggak Racun Postasium yang Dikiranya Air Mineral
Sebab, dikhawatirkan jumlah dukungan akan tergerus.
Hingga, akhirnya pada sesi debat kandidat Pilkada Jabar 2018, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu, memamerkan kaus '2019 Ganti Presiden'.
"Itu sangat mempengaruhi. Itu membuat gelombang yang menolak Presiden Pak Jokowi 2019 atau tagar ganti presiden jadi bersatu. Berkumpul pada salah satu paslon, yaitu paslon nomor tiga," kata dia.
Baca: Seorang Pria Di Tangerang Tewas Setelah Menenggak Racun yang Sempat Dikiranya Air Mineral
Dia tidak dapat membayangkan pasangan yang berdasarkan hasil survei memiliki tingkat elektabilitas berada di bawah, namun, pada waktu pemungutan suara mampu melejit.
"Bayangkan, mohon maaf ya paslon yang sebelumnya tidak dianggap punya elektabilitas yang baik, tidak punya popularitas yang cukup tinggi dalam waktu cepat mengalami perubahan. Ini yang pertama kali di Indonesia. Itu tidak main-main," katanya.