Mengintip Kegiatan Tiga Kowad Berlatih Menjadi Penerbang di Pusdikpenerbad
Tri Ramadhani, wanita berpangkat Letda Cpn (K) ini merupakan salah satu dari 3 siswa perempuan di Pusdikpenerbad tahun 2018.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Setelah mengukuti sederet seleksi, Lulusan Akademi Militer 2017 yang juga Taruni angkatan pertama di Akmil ini berhasil masuk dan mengikuti pendidikan sebagai calon penerbang di TNI AD.
Ketiga wanita ini mengaku sudah masuk di Pusdikpenerbad sejak Maret 2018.
Sedikitnya ketiga Skrikandi ini sudah melakukan 40 jam terbang menggunakan pesawat latih.
Letda Cpn (K) Tri Ramadhani mengungkapkan ketertarikan awal ikut Pusdikpenerbad.
"Sebenarnya yang melatarbelakangi kita masuk korps Cpn sendiri adalah pada awalnya test psikologi. Kemudian seiring berjalannya waktu kita mengenal oh korps penerbang AD itu seperti ini ya, lama kelamaan kita sendirinya menikmati," kata Letda Cpn (K) Tri Ramadhani, Jumat (20/7/2018).
Baca: Mendagri Sebut Sah-sah Saja JK Dukung Gugatan Masa Jabatan Cawapres
Rani biasa dirinya disapa memang memiliki ketertarikan khusus dengan dunia penerbangan. Meski begitu, langkah mudah tak didapatnya selama menempuh Pusdikpenerbad.
Dia mengaku, awalnya begitu kesulitan mengikuti pendidikan di Pusdikpenerbad.
Namun, dari tangan dingin para instruktur-instruktur yang andal dan pengalaman, dia bersama dua orang Kowad lainnya menjadi terbiasa dengan kurikulum latihan.
"Pertama-tama sih takut ya, sampai sekarang saja saya masih belum bisa mendaratkan heli dengan diam. Beda banget dengan latihan di simulator," ungkapnya.
Susah Tidur
Beda halnya dengan Letda Cpn (K) Puspita Ladiba. Dia bercerita selama menempuh Pusdikpenerbad sejak Maret 2018 lalu menjadi susah tidur.
Hal ini lantaran dirinya sangat antusias mengikuti Pusdikpenerbad.
Bahkan, saat waktu menunjukan harus istirahat karena seharian penuh berlatih, wanita yang akrab disapa Diba ini justru selalu terfikir untuk berlatih.
Dia mengaku suara sang instruktur atau pelatih selalu terngiang di telinganya saat hendak tidur.
"Saya semenjak disini susah tidur, karena setiap tidur ingatnya bagaimana cara menebangkan Helikopter dengan baik," kata Diba.
"Simulasi, simulasi, simulasi, itu yang selalu terngiang di telinga saya saat ingin tidur," tambahnya.
Diba juga mengatakan bahwa dirinya akan naik ke jenjang berikutnya setelah melakukan penerbangan dengan Helikopter latih selama 40 jam.