Mahfud MD: Keberagaman Adalah Fitrah, Kebersatuan Adalah Khittah Indonesia
Mahfud mengatakan, perbedaan antar manusia dengan berbagai puak-puak dan keyakinan agama adalah ciptaan Tuhan sendiri
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang kini jadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD mengatakan, semua orang yang bertuhan, apa pun agamanya, pasti percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa dan bisa melakukan apa pun termasuk menyamakan semua manusia dalam satu jenis ras maupun keyakinan agama.
"Karena itu, perbedaan di antara manusia baik ras dan suku maupun agama, pastilah karena diciptakan dan dikehendaki oleh Tuhan sendiri,” ujar Mahfud MD di seminar “Harmoni dalam Keberagaman” yang diselenggarakan oleh organisasi Alumni SMA Kolese De Britto di Yogyakarta, Kamis (26/7/2018).
Mahfud mengatakan, karena perbedaan antar manusia dengan berbagai puak-puak dan keyakinan agama adalah ciptaan Tuhan sendiri, berarti perbedaan dan keberagaman itu adalah fitrah, sesuatu yang tidak bisa dihindari melainkan harus dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa.
Baca: SBY, Playmaker Pembentukan Koalisi di Luar Jokowi
Baca: KPK Temukan Rp 700 Juta Uang Dugaan Suap di OTT Bupati Lampung Selatan
“Jika mengacu pada ajaran Islam, misalnya, di dalam Qur’an Surat Almaidah ayat 48 dan surat Yunus ayat 99 jelas sekali bahwa Allah sendiri yang menghendaki perbedaan ummat manusia itu dengan dorongan saling bekerjasama dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak boleh membenci orang yang berbeda keyakinan” ujar intelektual Mahfud.
“Itu jelas di dalam beberapa ayat Alqur’an, jadi tak perlu diperdebatkan” kata dia.
Mahfud juga menegaskan perbedaan merupakan fitrah maka kebersatuan adalah khitthah atau garis perjuangan bagi bangsa Indonesia yang dibangun dengan prinsip “kebersatuan dalam keberbedaan” yang disemboyankan dengan bhinneka tunggal Ika.
Di seminar yang dipandu alumni SMA De Britto Mayong Suryolaksono tersebut tampil pula sebagai pembicara Menneg/Ketua Bappenas Bambang S. Brodjonegoro, Buya Syafii Maarif, J. Kristiadi, dan Alissa Wahid.