Gempa Membuat Panik Napi, Lalu Kabur dan Membakar Lapas Donggala
Ketika api sudah menjalar, seluruh narapidana yang ada di Rutan Donggala berhasil melarikan diri dan hingga kini belum diketahui berapa yang kembali.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), Sri Puguh Budi Utama, mengakui bahwa telah terjadi pembakaran Rutan Donggala oleh para narapidana.
Namun Sri mengungkapkan bahwa napi tersebut dalam keadaan panik sehingga melakukan pembakaran ini untuk menyelamatkan diri. Sri mengatakan bahwa sebenarnya petugas rutan sempat melakukan langkah penyelamatan.
"Kemudian ketika ada getaran berikutnya dan mendengar bahwa pusat gempa ada di Donggala mereka panik," ungkap Sri dalam konferensi pers di Kantor Ditjen PAS, Jln Veteran, Senin (1/10/2018).
"Sebenarnya sudah ada negosiasi sedikit demi sedikit, diizinkan sedikit demi sedikit untuk melihat keluarganya, memang paniknya luar biasa. Tapi ternyata juga ada yang tidak sabar, entah bagaimana menyulut kebakaran itu," tambah Sri.
Ketika api sudah menjalar, seluruh narapidana yang ada di Rutan Donggala berhasil melarikan diri dan hingga kini belum diketahui berapa yang kembali.
Baca: Kisah Atlet Paralayang Singapura Berjibaku Bertahan Hidup Saat Tsunami Menerjang Palu
"Rutan Donggala kapasitas 108, isi 343, hingga hari ini kosong dan belum dapat info yang kembali berapa," jelas Sri.
Meski begitu, Sri mengakui bahwa yang dilakukan oleh para napi dapat dimaklumi karena ingin menyelamatkan diri serta mencari informasi tentang keselamatan keluarga.
Baca: Jokowi: Saya Tidak Melihat Ada Penjarahan Toko, Dalam Keadaan Darurat Jangan Masalahkan Hal Kecil
"Secara etika dan moral hukum hal ini dapat dimaklumi," tutur Sri.
Sebelumnya diberitakan, tsunami menghantam Kota Palu dan sejumlah kabupaten di sekitarnya di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) usai kawasan tersebut dihantam gempa berkekuatan 7,4 SR.
BNPB mengungkapkan bahwa hingga Minggu (30/9) jumlah korban tewas yang sudah berhasil ditemukan sejumlah 832 orang, 540 orang luka berat, serta 16.732 pengungsi.