Timses Jokowi: Tak Cukup Ratna Sarumpaet Minta Maaf kepada Prabowo
Hasto Kristiyanto, menilai terbongkarnya pemalsuan kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet tidak cukup hanya diselesaikan melalui meminta maaf ke Prabowo
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Tim Kampanye Jokowi- Maruf, Hasto Kristiyanto, menilai terbongkarnya pemalsuan kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet tidak cukup hanya diselesaikan melalui meminta maaf ke Prabowo dan Amien Rais.
Baca: CPNS Tak Cuma Cerdas, Tapi Harus Punya Sikap yang Baik
“Kebohongan publik yang dilakukan telah menganggu konsentrasi bangsa yang sedang berduka akibat gempa. Terlebih dengan konferensi pers Pak Prabowo yang secara langsung atau tidak langsung telah menuduh Pemerintahan Pak Jokowi melakukan kekerasaan, bahkan penganiayaan terhadap Ibu berusia 70," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Hasto Kristiyanto bersyukur bahwa Tim Kampanye Jokowi-Kyai Ma’ruf tidak terpancing dan tidak tergoda untuk membalas "Proyek Emosi Jiwa" yang dilakukan Tim Kampanye Prabowo-Sandi tersebut.
“Pak Jokowi bagus. Tetap tenang bekerja menolong rakyat, meski diserang berbagai fitnah secara frontal oleh Tim Prabowo-Sandi, dan diserang secara langsung melalui Konfrensi Pers Pak Prabowo. Dunia pun mau dibuat terbalik, Pak Jokowi tidak pernah melanggar HAM dituduh melanggar HAM."
Sekretaris Tim Kampanye Jokowi-Kyai Ma’ruf tersebut menyerahkan kasus penipuan tsb pada proses hukum.
“Apa yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, Rachel Maryam, Fadli Zon, Dahnil Anzar Simanjuntak, Nanik S Deyang, Andre Rosiade, Fahira Idris, bahkan pernyataan Pak Prabowo telah menyentuh delik penipuan. Namun biarlah proses hukum yang bicara."
Menurut Hasto, seluruh tim kampanye Pak Jokowi-Kyai Ma’ruf tetap berkonsentrasi pada gerakan kemanusiaan untuk membantu rakyat yang menjadi korban bencana alam.
“Persoalan ada masyarakat yang akan melaporkan ke proses hukum maupun mengadukan hal itu ke MKD DPR RI atau ke BK DPD RI biarlah dilakukan secara bebas sesuai pedoman etik anggota dewan. Apa yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet sebagai seorang aktris, telah menghasilkan drama terburuk dalam sejarah peradaban Indonesia”
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.