Pengamat Nilai Wajar Kalau PAN Lebih Fokus Peroleh Kursi DPR Ketimbang Menangkan Prabowo-Sandi
Hendri Satrio menilai wajar sikap Partai Amanat Nasional (PAN) berkonsentrasi mengejar kursi DPR ketimbang memenangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno d
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai wajar sikap Partai Amanat Nasional (PAN) berkonsentrasi mengejar kursi DPR ketimbang memenangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Hal ini bisa terjadi, menurut Hendri Satrio, karena sistem Pemilu serentak antara Pileg dengan Pilpres.
Faktor "efek ekor jas" (coat-tail effect), sosok Capres-Cawapres menurut dia, akan menjadi pertimbangan seberapa besar perjuangan untuk memenangkan Prabowo-Sandi terlihat pada masing-masing partai politik pendukung.
"Sistem tarung bebas di Pilpres 2019 yang membuat hal itu terjadi. Partai Politik, Caleg lagi menghitung dapat ngak coat-tail effect. Kalau ndak adapat coat-tail effect, ya yang dijual Partai Politiknya. Bukan Capres-Cawapres," ujar pendiri lembaga survei KedaiKOPI kepada Tribunnews.com, Kamis (18/10/2018).
Baca: Sejumlah Caleg PAN Enggan Kampanyekan Prabowo-Sandi di Pilpres
Karena itu imbuh dia, konsentrasi partai politik merebut kursi legislatif di DPR.
"Jadi sangat wajar jika PAN bilang demikian. Hanya saja menjadi kaget PAN mengatakan hal tersebut secara terbuka ke publik. Luar biasa keberaniannya," jelasnya.
Untuk itu dia menyarankan di kubu Prabowo-Sandi harus melakukan konsolidasi untuk membuat bagaimana caranya, Paslon nomor 02 terpilih di Pilpres dan memenangkan kursi legislatif.
Sebelumnya, Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengakui partainya lebih fokus untuk memenangi pemilu legislatif ketimbang pemilu presiden 2019.
Eddy menjelaskan, saat PAN memutuskan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres, seluruh kader yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional menyambutnya dengan gembira.
Namun, hanya berselang beberapa hari kemudian, banyak kader PAN menyadari bahwa eksistensi partainya akan tergerus karena tak mempunyai tokoh yang diusung di Pilpres.
"Saya menerima WhatsApp, SMS, wah ternyata yang kita pilih itu bukan kader. Kalau kita sekarang keluar teriak-teriak Pak Prabowo, yang dapat angin positifnya Gerindra, bukan PAN," kata Eddy saat menjadi narasumber dalam rilis survei PolMark Indonesia, di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
"Akhirnya tersadarkan ujung-ujungnya kita harus bergerak untuk memenangkan pileg," tambah Eddy.
Eddy meyakini tak hanya PAN, namun semua parpol lain yang tidak mempunyai perwakilan di Pilpres 2019 akan lebih fokus di Pileg.
"Bagaimana semua partai berpikir untuk lolos threshold. Itu saja dulu. Setelah itu, kita berpikir menambah kursi, menjadi 3 besar, 5 besar dan lain-lain," kata Eddy.
Eddy mengakui, beberapa caleg PAN di daerah sudah ada yang terang-terangan menyatakan tidak akan ikut mensosialisasikan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno saat kampanye.
Hal ini diketahui oleh Eddy dari pengakuan langsung caleg yang bersangkutan.
"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," kata Eddy menirukan pernyataan caleg yang dimaksud.
"Jadi ya sekarang bagaimana caranya untuk mendapatkan kursi. Ini yang jadi fokus perhatian kita," tegasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.