Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kementan: Demi Kemandirian Pangan, Gerakan Cinta Pangan Lokal Harus dengan Inovasi

Guna meningkatkan minat dan kecintaan terhadap pangan lokal, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Pangan Lokal Fiesta.

Editor: Content Writer
zoom-in Kementan: Demi Kemandirian Pangan, Gerakan Cinta Pangan Lokal Harus dengan Inovasi
Kementerian Pertanian
Lokal Fiesta di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor pada Rabu (7/11/2018). 

Guna meningkatkan minat dan kecintaan terhadap pangan lokal, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Pangan Lokal Fiesta di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor pada Rabu (7/11/2018).

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang diwakili oleh Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir dalam sambutannya mengharapkan bisa mendorong penganekaragaman pangan lokal sekaligus meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan nasional.

Tak ingin sekedar seremoni, Kementan mendorong kegiatan tersebut menjadi ajang peluncuran Model Agroindustri Pangan Lokal sekaligus menyebarluaskan inovasi Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) dalam pengembangan pangan lokal.

"Inovasi teknologi yang sudah dikembangkan untuk mengangkat pangan lokal dapat dikenal lebih luas, serta membuka pintu gerbang komersialisasi produk pangan lokal untuk dapat segera dihilirisasi oleh pihak swasta dan daerah potensial," kata Syakir.

Salah satu inovasi yang didorong pada Pangan Lokal Fiesta kali ini adalah penerapan inovasi untuk mengangkat pangan lokal potensial agar mampu menjadi alternatif pengganti terigu.

Hal ini penting, mengingat ketergantungan masyarakat terhadap terigu semakin meningkat dari tahun ke tahun, padahal baku terigu yang selama ini digunakan adalah gandum yang bukan bahan baku lokal dan tidak dikembangkan di Indonesia.

Data statistik menunjukkan kenaikan konsumsi terigu dalam 10 tahun terakhir, dari 15,5 Kg/kapita/tahun pada tahun 2008 menjadi 25 Kg/kapita/tahun pada tahun 2018, atau meningkat 1 Kg/kapita setiap tahunnya.

Berita Rekomendasi

"Tanpa inovasi mengembangkan pangan lokal untuk mengganti terigu, tentu akan membuat beban devisa negara semakin meningkat karena bahan bakunya harus impor. Pengembangan agroindustri dengan bahan baku pangan lokal menjadi ujung tombak peningkatan nilai tambah proses dan produk," terang Syakir.

Syakir menjelaskan bahwa berbagai teknologi pengolahan dengan memanfaatkan pangan lokal sebagai bahan baku pangan pokok ataupun kudapan kini sudah banyak dihasilkan.

Beberapa teknologi tersebut diantaranya modifikasi tepung atau pati baik secara fisik, kimia maupun biologis.

Inovasi teknologi dengan penggunaan adaptif formulasi produk mampu menghasilkan tingkat substitusi terigu diantaranya yaitu: roti 10-20 persen, mie 10-30 persen, cake 50-100 persen, dan kue kering serta cookies 100 persen.

Sinergi Terapkan Teknologi untuk Pangan Lokal

Potensi pengembangan pangan lokal masih sangat luas jika menilik ragam komoditas yang ada di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara terbesar ke dua di dunia dalam keragaman hayati, yang banyak memiliki berbagai sumber daya lokal yang bisa dikembangkan sebagai pangan pokok.

"Hutan sagu Indonesia, misalnya merupakan yang terbesar di dunia mencapai 5,5 juta hektare atau mendekati 85 persen populasi sagu dunia. Begitu juga, tanaman sorghum sangat hemat air dan bisa tumbuh dengan baik, terutama di daerah kering berbatu seperti di NTT. Sayangnya potensi ini belum dikembangkan dengan baik," jelas Syakir.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas