Niat Pensiun dari Ketum Partai, Megawati Dinilai Ingin Regenerasi Berjalan Mulus
Keinginan ketua umum PDI Perjuangan mundur dari kursi ketum dinilai sebagai sesuatu yang visioner.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keinginan Megawati Soekarnoputri yang ingin pensiun dari
kursi Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bisa dimaknai sebagai sikap visoner dari sang ketua umum untuk memastikan roda organisasi akan terus berjalan dan berputar menjawab tantangan zaman.
"Pernyataan itu harus direspon oleh setiap kader dengan mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan yang telah dilontarkan," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago dalam keterangannya, Minggu (23/12/2018).
Menurut Pangi pernyataan ini juga bisa dimaknai sebagai upaya dari Megawati untuk meningkatkan gairah internal partai dengan menghidupkan kompetisi internal yang lebih dinamis.
Baca: PDI Perjuangan Rapat Koordinasi Pilpres dan Pileg 2019
Sebab, berjalannya demokrasi di internal partai politik menjadi salah satu indikator iklim demokratis di dalam negara.
"Bagaimana mungkin kita berharap pada aktor-aktor politik untuk menjalankan demokrasi secara substantif sementara mereka tidak mampu menjalankan demokrasi secara murni dalam organisasi atau partainya sendiri?" tanya dia.
Pangi berpendapat pernyataan Ketua Umum PDI-P terkait regenerasi kepemimpinan harus dimaknai positif oleh kader partai dengan mempersiapkan diri secara matang dan mengambil pelajaran berharga dari banyak kasus yang menimpa partai politik lain yang terjebak pada prosedural ketimbang substansi sehingga berujung pada melemahnya mesin partai.
Keberadaan Megawati, kata dia sebagai sosok yang telah terbukti menjadi kunci soliditas keterikatan (political engagement)dan simbol pemersatu partai harus dimanfaatkan sehingga regenerasi banteng moncong putih bisa berjalan mulus tanpa konflik yang berarti.
Di sisi lain, kata Pangi ada juga partai yang terus dilanda konflik internal yang justru akan berdampak buruk pada menurunnya citra partai dimata publik.
Situasi ini, kata dia tentu akan sangat merugikan partai di tengah ketatnya persaingan politik antar partai untuk merebut dan memenangkan hati rakyat demi mendapat dukukungan publik.
Lebih lanjut kata Pangi menjamurnya konflik di banyak partai berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan menjadi pelajaran berharga bagi partai lain.
Dia menyebut konflik internal partai disebabkan oleh beberapa faktor, seperti, lemahnya Ideologi, pragmatisme elite dan derajat institusionalisasi yang rendah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.