''Kami Berlindung di Musala, Batu-batu Sebesar Rumah Tiba-tiba Menggelinding dari Bukit''
Cuaca buruk, kurangnya peralatan dan minimnya penerangan serta ancaman longsor susulan membuat puluhan lainnya tak berhasil segera ditemukan.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Sebanyak 13 jenazah kembali ditemukan tim evakuasi gabungan, yang kembali melakukan pencarian di lokasi longsor Kampung Cigarehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnasari, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Selasa (1/1/2018).
Jenazah terakhir ditemukan, Selasa petang, setelah tim menerjunkan peralatan berat.
Penemuan ke-13 jenazah ini membuat total korban yang tewas menjadi 16 orang. Hingga pencarian dihentikan, Selasa sore, 19 korban masih belum ditemukan. Rencananya pencarian akan kembali dilanjutkan, Rabu pagi ini (2/1/2019).
Longsor menerjang Kampung Cigarehong, Senin (31/12/2018), menjelang magrib. Hujan deras baru saja mengguyur Garehong. Sebanyak 30 rumah, yang dihuni 101 warga, terkubur. Sebagian yang sempat tertimbun berhasil diselamatkan.
Namun, cuaca buruk, kurangnya peralatan dan minimnya penerangan serta ancaman longsor susulan membuat puluhan lainnya tak berhasil segera ditemukan.
Baca: Sederet Fakta Anggota Brimob Tewas Dibacok di Jalan, Polri Ingatkan Jangan Ada Balas Dendam
Suherman (31), salah seorang korban selamat, mengatakan longsor terjadi saat ia dan keluarganya sedang menonton acara di televisi.
"Istri saya sempat mendengar seperti ada suara gemuruh dari atas bukit, tapi kami tak menduga itu suara tanah longsor. Saya bahkan sempat bilang pada istri saya bahwa itu mungkin suara motor," kata Suherman, Senin (1/1/2019).
Baca: Presiden Diumumkan Akan Melantik Kepala BNPB yang Baru Pagi Ini, Mendadak Dibatalkan, Ada Apa?
Meski menduga itu hanya suara motor, kata Suherman, tak urung ia pun keluar untuk mengecek. Saat itulah ia lihat naterial tanah seperti bergulung-gulung meluncur dari bukit dan sudah mengubur rumah tetangga yang lokasinya berada di atas rumah Suherman.
Baca: Letjen Doni Monardo Sempat Disebut-sebut Akan Dilantik, Siapakah Dia?
Dalam keadaan panik, Suherman pun berteriak-teriak sambil memburu anak-istrinya untuk menyelamatkan mereka. Karena tak ada waktu lagi untuk menghindar ke tempat yang lebih aman, Suherman pun membawa anak dan istrinya ke bagian belakang rumah. Sementara suara gemuruh tanah terdengar semakin keras.
Bagian depan rumah Suherman hancur diterjang longsor. Syukurlah, bagian belakangnya selamat.
"Posisi rumah saya berada paling bawah. Kejadiannya sekitar pukul 18.00," kata Suherman, yang kemarin, masih mengungsi di rumah kakaknya.
Baca: Minuman Keras Cap Tikus Kini Jadi Barang Legal, Dijual di Bandara Sam Ratulangi Manado
Setelah suara gemuruh berhenti, Suherman pun memberanikan keluar untuk melihat kondisi di sekitar rumahnya.
"Saya lihat semua sudah terkubur, termasuk rumah ibu dan bapak saya yang berada di atas," kata Suherman.
Khawatir dengan keselamatan kedua orang tuanya, Suherman pun bergegas menuju lokasi rumah kedua orang tuanya berada. Saat itulah, ia melihat ibunya, Ronasih (54), yang sebagian tubuhnya tertimbun tenggah berusaha keluar.
"Saya bersama warga lalu membawa ibu ke tempat yang lebih aman," katanya.
Selesai menyelamatkan ibunya, Suherman pun kembali berlari ke lokasi rumah orang tuanya yang sudah roboh dan separuh terkubur. "Sayup terdengar suara ayah saya meminta tolong. Kami pun segera berupaya menyelamatkannya," kata Suherman.
Posisi sang ayah, Aham (65), ketika itu, kata Sugereman, terjepit reruntuhan rumah dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Warga bahkan harus membawa dongkrak untuk mengangkat kayu yang mengimpit kaki Aham. Aham sempat terjebak di reruntuhan hampir selama empat jam.
Beruntung, meski sempat berjam-jam terjebak di reruntuhan rumahnya, Aham hanya menderita luka memar. Aham kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu, yang jaraknya sekitar 40 menit dari lokasi.
Kengerian juga digambarkan Deden, warga Kampung Cigarehong. Deden mengatakan, longsor mulai terjadi sebelum azan Magrib berkumandang. Ketika itu Deden mendengar suara gemuruh sangat keras dari atas bukit.
"Kami langsung berlari ke musala dan berlindung di sana," ujar Deden. "Alhamdulillah, kami berhasil selamat walaupun sempat terkena runtuhan atap dan tembok."
Hingga kemarin, batu sebesar-besar rumah, yang menggelinding dari bukit saat longsor terjadi, masih terlihat di antara tanah bercampur lumpur yang mengubur perkampungan. Beberapa rumah yang masih terlihat hanya ytersisa atapnya hingga tampak seperti gundukan tanah.(ferri amiril mukminin/tribunnetwork)