Tribunnews Kerja Sama ACT Buka Dompet Kemanusiaan untuk Korban Gempa Tsunami Selat Sunda
Dompet kemanusian Tribunnews.com-ACT bisa disalurkan melalui rekening donasi BNI Syariah dengan nomor 8660291018120040 atas nama Aksi Cepat Tanggap.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah lebih dari 2 minggu berlalu sejak bencana tsunami melanda perairan Selat Sunda, tepatnya di wilayah Banten dan Lampung Selatan, pada Sabtu (22/12/2012).
Puluhan ribu orang mengungsi dan ratusan nyawa hilang.
Kamis (3/1/2018) lalu, Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan muntahan erupsi dengan kolom abu imbas erupsi yang mencapai 2.000 meter dari puncak gunung.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda juga masih terus aktif.
Sejak Jumat (4/1/2019) dinihari pukul 00.00 WIB hingga pagi hari tercatat 13 kali terjadi gempa letusan dengan amplitudo 15-22 mm dan durasi 40-110 detik.
Juga terpantau adanya gempa embusan sebanyak 5 kali dengan amplitudo 14-21 mm dan durasi 35-65 detik.
Selain itu masih tercatat adanya gempa mikro tremor (tremor menerus) dengan amplitudo 2-21 (dominan 6 mm).
Data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, hingga hari Rabu (2/1/2019), jumlah warga terdampak tsunami Selat Sunda yang mengungsi bertambah.
Pada 31 Desember 2018, data BNPB menyebutkan 33.721 jiwa mengungsi dan data terbaru menunjukkan jumlah pengungsi sebanyak 36.923 orang.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, jumlah pengungsi paling banyak berada di wilayah Pandeglang sebanyak 22.111 orang pengungsi dan di Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 7.868 pengungsi.
Korban jiwa, hingga Rabu lalu mencapai 437 orang meninggal dan 7.200 korban luka-luka.
Sementara itu hingga Senin (7/1/2019) kemarin, ratusan pengungsi asal Pulau Sebesi masih bertahan di lapangan tenis Indoor Kalianda, Lampung Selatan.
Sebagian warga yang belum kembali ini merupakan warga yang rumahnya rusak diterjang tsunami Selat Sunda (22/12/2018) lalu.
Senin kemarin ada sekitar 200 warga asal Pulau Sebesi yang sudah kembali ke pulau.
Warga kembali melalui Pelabuhan Canti Rajabasa.
Yeni, salah seorang pengungsi yang belum kembali mengatakan dirinya dan keluarga belum kembali karena rumah mereka di Sebesi rusak diterjang tsunami.
Bahkan saat tsunami menerjang, ia harus berjuang berenang di tengah hempasan ombak yang menghempaskan dirinya dan anaknya ke daratan yang lebih tinggi.
"Bagaimana kita mau kembali. Rumah kita hancur terkena tsunami," kata dia.
Warga pun menunggu keputusan pemerintah yang rencananya akan merelokasi warga di Pulau Sebesi yang rumahnya hancur diterjang tsunami ke tempat yang lebih tinggi di pulau tersebut.
Sehingga aman dari ancaman yang sewaktu-waktu bisa saja kembali terjadi.
Tribunnews.com bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengajak pembaca berpartisipasi memberikan donasi sebagai bentuk kepedulian bagi para korban bencana tsunami di Banten, Lampung dan sekitarnya.
Dompet kemanusian Tribunnews.com dan ACT bisa disalurkan melalui rekening donasi BNI Syariah dengan nomor 8660291018120040 atas nama Aksi Cepat Tanggap khusus kerja sama Tribunnews.com terkait tsunami Banten dan Lampung.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.