Semangat Pemberantasan Korupsi di Tengah Teror terhadap Pimpinan KPK
Aksi dukungan itu digalang Koalisi Masyarakat Sipil (KMS) di lobi KPK. Tampak tiga pimpinan KPK hadir, yaitu Laode M Syarief, Basaria Pandjaitan, dan
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mendapat dukungan pascateror di kediaman dua pimpinan KPK. Dukungan kali ini dalam simbol 'pil kuat' untuk pemberantasan korupsi.
Aksi dukungan itu digalang Koalisi Masyarakat Sipil (KMS) di lobi KPK. Tampak tiga pimpinan KPK hadir, yaitu Laode M Syarief, Basaria Pandjaitan, dan Alexander Marwata.
Selain itu tampak pula penyidik KPK Novel Baswedan, Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK Yudi Purnomo, dan mantan Ketua KPK Abraham Samad.
Simbol 'pil kuat' dalam bentuk karton berbentuk tabung seperti pil dikelir merah dan putih dengan tulisan #pilkuatlawankorupsi.
"Kerja-kerja kita untuk memberantas korupsi tak akan berhenti karena teror-teror seperti ini. Demi bangsa, kita siap melanjutkan kerja-kerja pemberantasan korupsi," ucap Laode saat memberikan sambutan setelah menerima 'pil kuat' dari perwakilan KMS, Selasa (15/1/2019).
Baca: Penyerangan Novel Mengarah kepada Upaya Pembunuhan
Aksi itu juga dimeriahkan dengan penampilan musik. Layar hitung yang diluncurkan WP KPK untuk menghitung hari demi hari pelaku teror penyiraman air keras pada Novel ikut ditampilkan. Tampak per hari itu sudah 634 hari sejak Novel mengalami teror itu.
Novel Baswedan mengucapkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan KMS. Ia berharap kejadian teror tidak berulang terus-menerus, sehingga menyebabkan orang-orang yang berjuang melawan korupsi merasa khawatir.
"Semoga ke depan teror-teror itu tidak terjadi lagi. Sehingga membuat orang-orang yang berjuang memberantas korupsi menjadi khawatir. Kami tidak mau itu terjadi," harapnya.
Baca: 9 Jam Diperiksa, Isi 'Chatting' Vanessa Angel Disebut Polisi Tak Sesuai Etika: Banyak Sekali
Ketua KPK periode 2011-2015 Abraham Samad menegaskan hanya ada satu cara untuk menghilangkan teror di lembaga antikorupsi yaitu menuntaskan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.
"Jika kita ingin menghilangkan teror yang menimpa pimpinan KPK, hanya satu syarat yaitu tuntaskan dan ungkapkan penyerang kasus Novel Baswedan dan kasus-kasus di masa lalu," ucapnya.
Abraham kembali menegaskan, jika kasus penyiraman air keras terhadap Novel tak kunjung usai pengusutannya, kemungkinan besar kasus teror akan menimpa pimpinan KPK yang lainnya.
"Apa yang saya ucapkan di masa lalu itu terbukti, karena kasus Novel Baswedan sampai hari ini belum diungkap, dan akhirnya kasus itu terulang menimpa Pak Laode dan Pak Agus Rahardjo," tukasnya.
Abraham berharap teror bom yang menimpa Agus Rahardjo serta Laode M Syarief tidak merembet ke pimpinan KPK lainnya, yakni Alexander Marwata, Basaria Panjaitan, dan Saut Situmorang.
"Tapi percayalah KPK adalah rumah para pemberani, bukan rumah para pecundang," ujar Abraham. (tribunnetwork/Ilham Ryan Pratama)