Dugaan Pengaturan Skor di Liga 2 dan Liga 3, Satgas Antimafia Bola Terima 388 Laporan
Satgas Antimafia Bola Polri telah menerima 338 laporan terkait dugaan pengaturan skor di Liga 2 dan Liga 3.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satgas Antimafia Bola Polri telah menerima 338 laporan terkait dugaan pengaturan skor di Liga 2 dan Liga 3.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan dari 388 laporan itu, 73 di antaranya layak untuk ditindaklanjuti.
Ia mengatakan penindaklanjutan itu akan dibagi berdasarkan bentuk kejahatannya.
"Jadi 73 itu yang layak ditindaklanjuti diklasterkan jadi beberapa bagian, laporan terkait masalah pengurusan, laporan wasit pertandingan yang aneh, pemain yang aneh, dan tentang ancaman, ini sudah mulai masuk ancaman pada beberapa orang sudah dilaporkan juga ke satgas," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).
Untuk saat ini, ia menyebut telah ada 4 laporan polisi dari 73 laporan yang ditindaklanjuti dan saat ini sedang dalam proses penyidikan.
Laporan pertama, yakni pertandingan PS Persibara versus PS Pasuruan. Dari pertandingan ini, 6 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Kedua, terkait laporan adanya suap untuk meloloskan PS Mojokerto ke Liga 1 dari Liga 2. Dedi menyebut telah ada 2 tersangka dalam kasus ini.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu mengatakan laporan ketiga terkait dengan penyelenggaraan Piala Soeration 2009.
Dedi menyebut mantan manajer Perseba Super Bangkalan, Imron Abdul Fatah, melaporkan petinggi PSSI berinisial IB.
Alasannya, Imron diminta uang Rp 115 juta sebagai syarat menjadi tuan rumah Piala Soeratin, padahal syarat itu tak benar adanya.
"Setelah disadari Desember 2018, ternyata pelapor merasa tertipu, padahal untuk menjadi tuan rumah tidak perlu mengeluarkan uang. Kasus ini sudah ditingkatkan dari penyelidikan menjadi penyidikan," jelas Dedi.
Laporan keempat terkait pertandingan PSS Sleman vs Madura FC yang heboh karena pengakuan dari Manajer Madura FC, Januar Herwanto, yang mengaku dirinya ditawari suap oleh anggota exco PSSI berinisial H.
"Terjadi match fixing antara Madura FC melawan PSS Sleman. H menawarkan uang sebesar Rp 100 juta namun ditolak kemudian malah naik lagi jadi Rp 150 juta yang akhirnya saudara H mengancam akan membeli pemain," ujarnya.