Akui Sebut Jangan Pilih Pemimpin Brengsek dan “Gendeng”, Ini Maksud Wiranto
Ia pun mengibaratkan memilih pemimpin negara seperti seorang ayah menikahkan anak gadisnya dengan seorang laki-laki.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto mengakui bahwa dirinya memang mengajak masyarakat untuk tidak memilih pemimpin brengsek dan pemimpin ‘gendeng’ atau gila dalam beberapa kesempatan yang lalu.
Menurut dia yang diucapkannya itu sebagai sesuatu yang wajar dengan tujuan memberi pencerahan kepada masyarakat.
“Saya kira itu wajar disampaikan tetapi tidak dipahami rakyat kita. Tugas kita juga memberi pencerahan kepada masyarakat agar tidak salah memilih pemimpin, kalau memilih pemimpin yang salah tidak hanya berdampak ke kita tetapi ke anak dan cucu kita juga,” jelasnya.
Hal itu disampaikan Wiranto usai melakukan penandatanganan penilaian kinerja aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kemenko Polhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (4/2/2019).
Baca: Jelang Pemilu 2019, Wiranto Minta Rakyat Tahu Pemimpin yang Berkompeten
Ia pun mengibaratkan memilih pemimpin negara seperti seorang ayah menikahkan anak gadisnya dengan seorang laki-laki.
“Misalnya anda menikahkan anak gadis anda, ada 3 sampai 4 calon masak anda pilih yang paling brengsek, kalau milih orang “gendeng” lebih kacau lagi,” pungkasnya.
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura itu juga menegaskan bahwa kewajiban ASN, TNI, dan Polri juga untuk mengimbau masyarakat agar tak salah memilih pemimpin.
“ASN, TNI, dan Polri memang harus netral tapi menjadi tugasnya juga untuk memberi pencerahan kepada masyarakat agar tak salah memilih pemimpin,” pungkasnya.
Sebelumnya Wiranto menyampaikan agar tak memilih pemimpin brengsek dalam acara apel siaga Pemilu 2019 di Palembang pada 21 Januari 2019.
Sementara itu Wiranto juga mengatakan agar jangan memilih pemimpin ‘gendeng’ usai menghadiri acara silaturahmi dengan BNN di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat tanggal 31 Januari 2019 lalu.
Namun Wiranto tidak menyebutkan secara spesifik siapa yang ia maksud tersebut.