Kisah Rizal Ramli Gaet Sutradara Lulusan Rusia Garap Film Anak Putus Sekolah
Semasa kuliah, Mantan Menko Maritim Rizal Ramli pun menyiapkan sederet upaya untuk mengembalikan hak 8 juta anak Indonesia yang putus sekolah
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sempat mengikuti pertukaran pelajar di Jepang dan membuat gerakan 'Anti Kebodohan' saat masih berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Mantan Menko Maritim Rizal Ramli pun menyiapkan sederet upaya untuk mengembalikan hak 8 juta anak Indonesia yang putus sekolah.
Saat itu, sebagai mahasiswa yang melakukan pergerakan, ia bersama rekan-rekannya menggandeng banyak pihak, termasuk para seniman untuk melakukan perubahan.
Yang pertama adalah melalui sajak berjudul 'Sebatang Lisong' yang dibuat khusus oleh Sastrawan berjuluk 'Si Burung Merak', WS Rendra.
Rizal menjelaskan bahwa Sebatang Lisong itu 'tercipta' dari cerita mengenai 8 juta anak yang harus mengakhiri pendidikan karena keterbatasan biaya.
"Kami dibantu oleh Rendra, kalau teman-teman ingat puisi Rendra yang khusus dibuat ini namanya 'Sebatang Lisong', tentang 8 juta anak SD yang nggak bisa sekolah," ujar Rizal, di Redaksi Tribunnews-Warta Kota, Kompleks KG Group, Jakarta Pusat, Rabu (6/2/2019) sore.
Upaya kedua adalah menggandeng sutradara ternama pada zaman itu, Sumanjaya untuk menggarap film yang memiliki ide cerita yang sama.
"Kami minta tolong sama Sumanjaya, waktu itu sutradara paling top Indonesia lulusan Moskow untuk bikin gerakan mahasiswa untuk 8 juta anak SD," jelas Rizal.
Baca: Cerita Rizal Ramli Bikin Gerakan Anti Kebodohan Sepulang dari Jepang
Akhirnya sutradara lulusan Rusia itu pun membantu Rizal untuk membantu pergerakan mahasiswa dan menghadirkan karya melalui film berjudul 'Yang Muda Yang Bercinta'.
Film itu dibintangi oleh WS Rendra dan Aktris cantik pada masa itu, Yati Oktavia.
"Dibikin filmnya 'Yang Muda Yang Bercinta', bintang filmnya Rendra, bintang film wanitanya waktu itu namanya Yati Oktavia," kata Rizal.
Setelah melakukan serangkaian upaya dalam memberikan tekanan pada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan bagi masa depan 8 juta anak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan dasar, akhirnya 'jawaban positif' itu pun ia peroleh.
Pemerinta saat itu, kata Rizal, akhirnya mengeluarkan Undang-undang Wajib Belajar 6 Tahun.
"Tapi akibat tekanan itu akhirnya beberapa tahun kemudian, pemerintah Indonesia mengeluarkan 'Undang-undang wajib belajar 6 tahun'," papar Rizal.
Menurutnya, hal itu merupakan suatu contoh yang membuktikan bahwa dirinya bisa mengubah sesuatu, meskipun berada di luar sistem pemerintahan.
'Goal' itu ia peroleh karena sejak awal dirinya selalu megang teguh prinsip 'persistence' atau fokus menekuni apa yang tengah dilakukan.
Terkait seberapa besar ia bisa mewujudkan keinginannya, itu merupakan hal yang berbeda.
"Contoh (bahwa saya) di luar (sistem pemerintahan) bisa merubah, kuncinya adalah persistence, jangan ganti isu setiap saat, fokus sampai goal, bahwa menangnya 50 persen, menangnya 60 persen itu lain soal," tegas Rizal.
Prinsip itu yang ia pegang hingga kini, meskipun dirinya sudah tidak berada dalam sistem pemerintahan saat ini.