Pengamat: Aksi Teror Lone Wolf dan Libatkan Keluarga Akan Jadi Pilihan ke Depannya
Analisis ini Stanislaus kemukakan pasca ditangkapnya terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumatera Utara
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat terorisme, Stanislaus Riyanta, menilai aksi teror individu atau lone wolf serta melibatkan keluarga akan menjadi pilihan dari para teroris ke depan.
Analisis ini Stanislaus kemukakan pasca ditangkapnya terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumatera Utara, Selasa (12/3).
Abu Hamzah diidentifikasi berasal dari kelompok JAD yang berafiliasi dengan ISIS. Menurutnya, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS akan melibatkan keluarga. Ia mencontohkan aksi bom bunuh diri seperti kasus bom tiga gereja di Surabaya.
"Salah satu karakteristik aksi teroris dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS adalah tega melibatkan atau mengorbankan perempuan dan anak-anak dalam aksinya, meskipun itu keluarga dari pelaku," ujar Stanislaus, dalam keterangannya, Rabu (13/3/2019).
Ia menjelaskan bahwa mulai terjadi perubahan strategi kelompok radikal yang sebelumnya bergerak dalam kelompok beradaptasi menjadi unit yang lebih kecil termasuk tingkat keluarga.
Stanislaus melihat hal tersebut adalah strategi untuk menghindari pelacakan dari aparat. Selain itu, kata dia, gerakan yang diduga cukup kuat adalah radikalisasi melalui media internet untuk menghasilkan pelaku teror tunggal atau lone wolf, yang gerakannya sulit terdeteksi.
"Aksi yang dilakukan oleh keluarga atau pelaku tunggal diperkirakan akan terus menjadi bentuk aksi teror ke depan," tuturnya.
Baca: Arief Budiman Benarkan Situs KPU Sering Diserang: Dari Dalam dan Luar Negeri
Lebih lanjut, ISIS disebutnya memang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Ia mengatakan kelompok mereka sangat kejam dan juga menganggap pihak diluar kelompoknya dapat diperangi.
"Kelompok radikal di Indonesia yang sudah menyatakan diri mendukung ISIS seperti MIT di Poso dan JAD, dari berbagai fakta yang ditemukan, keberadaanya menyebar di beberapa daerah di Indonesia. Keberadaan kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS ini sangat berbahaya," tukas Stanislaus.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.