Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apel Kebangsaan Kita Merah Putih: Jangan Rusak Ikatan Kebangsaan

Sejumlah tokoh penting nasional memberikan orasi kebangsaan dalam acara Apel Kebangsaan “Kita Merah Putih” di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semaran

Editor: Content Writer
zoom-in Apel Kebangsaan Kita Merah Putih: Jangan Rusak Ikatan Kebangsaan
Tribunnews.com
Sejumlah tokoh penting nasional memberikan orasi kebangsaan dalam acara Apel Kebangsaan “Kita Merah Putih” di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Minggu (17/3). 

Apa yang disampaikan Ganjar tersebut adalah pidato pertama Bung Karno saat dilantik menjadi presiden. Dalam pidato pertama itu, Soekarno sudah mengingatkan, bahwa yang menjadi ancaman bagi Indonesia adalah dari bangsa Indonesia sendiri.

"Lihatlah bangsa kita saat ini, fitnah merajalela, hoaks, maki-memaki, saling menyerang bertengkar antar kawan bahkan saudara sedarah. Apakah fitnah dan hoaks yang mengoyak ini akan kita biarkan? Apakah sikap intoleran akan kita biarkan? apakah rasa permusuhan yang merusak sendi berbangsa akan dibiarkan? Pasti semua berkata tidak. Mari kita berdiri untuk menjaga NKRI," tegasnya.

Selain selawatan, orasi kebangsaan dan doa bersama, Apel Kebangsaan juga diisi dengan ikrar bersama menjaga NKRI. Acara ditutup dengan penyerahan secara simbolis Bendera Merah Putih oleh para tokoh nasional kepada generasi penerus. Serta makan bersama brokohan nasi Kebuli.

Tepuk tangan riuh menggema usai pembacaan Pancasila di Apel Kebangsaan Kita Merah Putih di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang. Pembacaan itu dibawakan oleh Muhammad Hilal Fadlullah (20) penyandang disabilitas asal Kota Semarang.

Sebelum orasi dari para tokoh itu, acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan dilanjutkan dengan pembacaan teks Pancasila. Yang didapuk membacakan adalah Hilal yang naik ke atas panggung dengan menggunakan kursi roda.

Melihat standing applause atau tepuk tangan yang gemuruh tersebut, Hilal merasa sangat terharu. Dia yang semula merasa grogi, justru merasa bangga.

"Tidak merasa diistimewakan tapi merasa sangat menyatu dengan saudara yang lain. Walaupun kita berbeda-beda suku, adat, agama dan keadaan, yang disabilitas maupun yang tidak harus bersatu bahwa kita Indonesia satu Tanah Air," ungkapnya. (*)

BERITA REKOMENDASI
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas