Pemilu di Luar Negeri: BTP Ahok Marah, SBY-Ibu Ani Mencoblos, dan WNI yang Rela Antre Berjam-jam
Sejak 8 April hingga Minggu 14 April ini, warga negara Indonesia (WNI) yang tengah berada di luar negeri menggunakan hak suaranya.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemungutan suara Pemilu 2019 di luar negeri dilakukan lebih awal daripada di Tanah Air. Sejak 8 April hingga Minggu 14 April ini, warga negara Indonesia (WNI) yang tengah berada di luar negeri menggunakan hak suaranya.
Para WNI yang berada di luar negeri, mulai Malaysia, Singapura, Australia, Hongkong, Lebanon, hingga Inggris, terlihat antusias mengikuti pesta demokrasi tersebut. Antrean WNI yang memilih terlihat "mengular" hampir di setiap lokasi mereka mencoblos.
Berikut beberapa kejadian menarik dalam penyelenggaraan Pemilu RI di luar negeri yang berlangsung Minggu kemarin.
1. Terjadi Kericuhan Saat Ahok BTP Nyoblos di TPS Jepang
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) sempat terlibat kesalahpahaman saat akan meberikan hak suaranya di KJRI Osaka, Jepang, Minggu (14/4/2019) sekira pukul 16:30 waktu Jepang.
BTP atau Ahok kesal kepada seorang saksi pasangan calon nomor urut 02 dan menyebutnya sebagai oknum.
Baca: Hidupnya Lebih Nyaman Usai Bebas dari Penjara, Basuki BTP Senang Bersama Warga Indonesia di Jepang
BTP pun sempat marah kepada yang bersangkutan.
Saksi pasangan calon nomor urut 01, Vera Kurniawati menjelaskan bila peristiwa tersebut dipicu kesalahpahaman.
“Jadi pak Ahok awalnya sudah mengantri, kemudian karena banyak yang minta foto akhirnya pak Ahok keluar, tempat mengantrinya di gantikan sementara sama temennya,” kata Vera bercerita kepada tribunnnews.com, Minggu (14/3/2019).
Sebelumnya para petugas dalam hal ini saksi sudah bersepakat untuk memberikan sisa surat suara kepada orang yang sudah mengantri.
“Tapi karena saksi dari paslon 02 tidak tahu kalau Pak Ahok sudah mengantri, sedikit ada kesalahpahaman,” ujarnya.
Ahok pun menjelaskan bila dirinya sudah mendaftar sejak Februari 2019 dan sudah melepas hak pilihnya di Indonesia.
“Dia menjelaskan, kalau sisa suara di berikan kepada yang sudah mengantri, orang yang sudah melepaskan hak suara akan kehilangan hak suaranya di Jepang, maupun di Indonesia,”
katanya.
Vera menegaskan bila kericuhan tersebut murni akibat kesalahpahaman.