Cerita Tukang Sol Sepatu, Pengantar Galon Air hingga Pedagang Kopi Keliling Maju Caleg
ketiga sosok ini membantah semua anggapan maju sebagai calon legislatif membutuhkan modal besar. Simak ceritanya
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tidak Ada yang menyangka, sosok-sosok ini ternyata memiliki kesempatan bisa menjadi peserta Pemilu.
Sosok-sosok seperti Agung Darma (28), pengantar galon air di Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara maju sebagai calon legislatif dari Partai Demokrat untuk DPRD Kabupaten Muna.
Baca: Caleg di NTT Mengamuk dengan Menutup Jalan Setelah Kalah dalam Pemilu 2019
Kemudian Dwi Handoko, berprofesi sebagai tukang sol sepatu maju sebagai calon legislatif di Kabupaten Gunungkidul
Satu lagi Eha Soleha, seorang pedagang kopi keliling yang memberanikan diri maju sebagai calon legislative DPRD Kota Cilegon.
Persepsi publik umumnya menilai seseorang yang maju sebagai calon legislatif setidaknya memiliki modal besar.
Cerita dari ketiga caleg ini membantah anggapan itu, terlepas mereka ada yang sukses lolos atau tidak.
Pengantar Galon Air Ini Lolos ke DPRD Kabupaten Muna Barat
Misalnya Agung Dharma. Profesinya tak menghentikan semangatnya untuk maju sebagai calon legislatif.
Agung, yang pekerjaannya juga seorang tenaga honorer di puskesmas itu bahkan berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan mengamankan satu kursi di DPRD Muna Barat dalam pencoblosan pemilu 17 April.
Baca: Pertimbangan Kemanusiaan, Polres Sukoharjo Belum Tahan Caleg DPR RI Partai Gerindra
“Alhamdulilah senang sekali, senangnya itu karena dukungan orangtua yang begitu full memberikan semangat, dan antusias masyarakat. Dengan keberhasilan ini, semua turut bangga, karena perjuangan bersama-sama, kita menangkan pertarungan ini,” kata Agung, Kamis (25/4/2019).
Ia tidak menyangka berhasil lolos di DPRD Kabupaten Muna Barat karena banyak yang meremehkannya.
Hal itu karena melihat pekerjaan Agung hanyalah seorang pengantar galon air.
Belum lagi ia harus menghadapi lawan politik yang kuat baik ketokohan maupun dari segi finansial.
“Tidak semua perjuangan itu tidak diukur dengan finansial. Karena perjuangan kami ini, dipandang enteng dari beberapa kalangan masyarakat dan merasa sudah besar. Makanya kita jalani dengan ikhlas dan alhamdulillah (lolos),” tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.