Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketum PB HMI: Kaderisasi Kebangsaan di Kampus Luntur

Menurutnya kondisi tersebut sangat berbahaya terlebih kaum muda dewasa ini lebih tertarik pada gerakan hedonis.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ketum PB HMI: Kaderisasi Kebangsaan di Kampus Luntur
Theresia Felisiani/Tribunnews.com
Ketua Umum PB HMI Saddam Jihad dan Hasanudin Ali, CEO Alvara Research Institute‎ saat menjadi narasumber dalam diskusi bertema Pemuda Mana Suaramu di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Ketua Umum PB HMI Saddam Jihad mengkritisi suara-suara pemuda yang kini mulai tenggelam dalam partisipasi sosial dan budaya.

Dia juga menilai kaderisasi kebangsaan di level kampus kian luntur. Ruang publik maupun mimbar di kampus-kampus tidak lagi dimunculkan.

Alhasil para mahasiswa saat ini tidak punya lagi ruang publik untuk bicara. ‎

Menurutnya kondisi tersebut sangat berbahaya terlebih kaum muda dewasa ini lebih tertarik pada gerakan hedonis.

"Harus ada ruang diskusi pendalaman ideologi kebangsaan di kampus. Saya akui banyak ‎gerakan hedonis di kaum muda. Gerakan kaum milenial lebih pada teknologi tidak pada budaya kebangsaan. Anak muda harus dirangkul ke kultur kebangsaan," tutur Saddam Jihad, Sabtu (11/5/2019) dalam diskusi bertema Pemuda Mana Suaramu di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut, Hasanudin Ali, CEO Alvara Research Institute‎ juga menyatakan hal yang sama.

Dia menilai terjadi pergeseran orientasi aspirasi dari anak muda.

Baca: Kerusuhan di Rutan, Kasat Narkoba Polres Siak Terkena Tembakan

Berita Rekomendasi

"Memang ada pergeseran orientasi aspirasi anak muda, dulu menyuarakan pembelaan kelompok tertintas. Hari ini semakin mudahnya informasi apapun yang dicari anak muda tersedia di internet. Justru ruang gerak anak muda sekarang bukan lagi soal politik kebangsaan tapi materialistik," imbuhnya.

Masih menurut Hasanudin Ali, prioritas anak muda masa kini, nomor satu ialah memiliki rumah dan mendapatkan gaji yang tinggi.

Dia juga merasa miris karena saat berkunjung ke beberapa kampus, jiwa idealisme para mahasiswa sudah berkurang serta menemui aktivis di kampus adalah barang langka.

"Sekarang mahasiwa dipaksa lulus 4 tahun. Jarang sekali saat ini yang lulus 7-6 tahun. Jadi pematangan karakter mahasiswa, pemuda di kampus itu kurang. Barang langka sekarang menemukan aktivis di kampus," tegas‎ Hasanudin Ali‎.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas