Kemenkumham Diminta Benahi Masalah Keamanan di Lapas dan Rutan yang Jadi Sorotan
"Karena jagoannya itu, mereka bisa mengerahkan massa untuk membuat kericuhan sehingga muncul pembakaran," katanya, Senin (24/6/2019).
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya aksi pembakaran Rumah Tahanan (rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan (lapas) yang dilakukan para napi, disebabkan dari buruknya kordinasi.
Akibatnya, dari pengawasan yang didalamnya sudah kurang, membuat kericuhan kerap muncul.
Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardian yang menilai pembakaran rutan dan lapas yang selama ini terjadi akibat kurang pengawasan dan keamanan misalnya.
Hal ini berakibat, selama ini didalam tempat itu muncul napi yang merasa sebagai jagoan.
"Karena jagoannya itu, mereka bisa mengerahkan massa untuk membuat kericuhan sehingga muncul pembakaran," katanya, Senin (24/6/2019).
Atas masalah ini, Trubus menilai harus segara dilakukan pembenahan di jajaran lapas.
Caranya, dengan mengganti direktur keamanan dan ketertiban (dirtatib) hingga direktur jendral pemasyarakatan (dirjen pas) masalah ini bisa terselesaikan.
"Bila hulunya dibenahi ,hilirnya pasti akan baik. Tak ada lagi kericuhan yang menyebabkan pembakaran rutan maupun lapas," ujarnya.
Trubus menambahkan, munculnya persoalan tersebut juga disebabkan akibat buruknya kordinasi dengan pihak kepolisan maupun TNI.
Sehingga, kericuhan yang seharusnya bisa dengan mudah dicegah, namun akhirnya pecah akibat kurangnya koordinasi.
"Yang saya tangkap, selama ini dari pihak lapas maupun rutan, biasanya mencoba menyelesaikan sendiri. Kalau tak bisa baru mereka meminta bantuan," ungkapnya.
Agar kasus itu tak kembali terulang dan menyebar ke beberapa wilayah, Trubus menyarankan segera dilakukan pembenahan.
Bukan hanya kalapas maupun karutan yang selalu dijadikan kambing hitam, namun pembenahan menyeluruh harus diambil.
"Pucuk tertinggi yang seharusnya mengambil sikap atas gagalnya masalah ini, seperti dirjen pas Sri puguh Utami maupun Lilik Sujandi direktur Keamanan Lapas Rutan Se indonesi sebaiknya mengundurkan diri bila memang sudah tak mampu," katanya.
Trubus menuturkan, munculnya masalah didalam penjara iri, juga disebabkan masih buruknya tata kelola yang ada didalamnya.
Dimana ia menilai hal itu masih belum berjalan dengan baik. "
Coba perhatikan saat ini, banyak program yang tidak berjalan meski digembar-gemborkan. Sehingga hal itu hanya menjadi jargon belaka," ujarnya.
Persoalan dalam pembinaan pegawai lapas, sambung Trubus, juga selama ini lebih bersifat seremonial sekedar rutinitas.
Dan yang paling menonjol adalah jarang sekali dilakukan mutasi di tubuh pegawai.
"Memang mengacu dari peraturan yang ada, programnya setiap dua tahun sekali di mutasi, tapi nyatanya tidak. Mereka bisa bertahan di satu tempat dalam waktu lama," ujarnya.
Atas semua masalah yang selama ini ada, Trubus mengatakan, hal itu seperti lingkaran setan dan sulit untuk membenahinya.
Karena semua yang ada didalamnya dari pucuk tertinggi hingga terendah, memanfaatkan posisi yang ada.
"Pembenahan harus segera dilakukan untuk menciptakan rutan dan lapas yang aman tanpa menimbulkan masalah," ujarnya.