Tanggapan Kapolri Terkait Dugaan Korban Kerusuhan 21-22 Mei Dieksekusi di Tempat Lain
Dugaan bahwa kerusuhan telah direncanakan didukung bukti sejumlah peralatan yang telah disiapkan untuk digunakan saat kerusuhan.
Editor: Hasanudin Aco
Saya mencari saksi mata yang bisa bercerita tentang malam-malam yang penuh ketegangan saat itu.
Saya bertemu dengan dua saksi mata dari kedua belah pihak, warga di sekitar Asrama Brimob dan warga di sekitar Petamburan.
Keduanya menolak untuk saya wawancara menggunakan kamera. Dari hasil perbincangan dengan mereka, saya mendapat fakta bahwa pada malam itu hampir semua pintu rumah warga digedor oleh orang-orang tak dikenal.
Sambil menggedor pintu, orang-orang itu berteriak, "Ayo keluar, kita diserang, ... perang... perang...!"
Sementara dari pihak warga di kompleks Brimob Polri, yang juga menolak untuk saya wawancara menggunakan kamera, menyatakan, "Kami menggunakan peluru hampa dan karet. Tidak ada peluru tajam yang kami gunakan untuk menghalau massa agar jangan brutal membakar dan melempari mobil!"
Singkat cerita, malam itu korban tewas berjatuhan.
Saya mendapat informasi dari sebuah sumber, ada dugaan korban dieksekusi di sebuah tempat, lalu jasadnya didrop di titik kerusuhan sekitar Petamburan-Slipi, Jakarta.
Tiga korban masih berstatus anak. Yang paling muda berusia 15 dan 16 tahun, masing-masing bernama Harun Rasyid dan Reyhan Fajari.
Ada aksi bakar mobil; ada korban tewas; ada seruan serang dan perang!
Upaya konfirmasi
Saya mengonfirmasi temuan saya kepada polisi.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menolak memberikan keterangan lebih lanjut terkait perkembangan kerusuhan 21-22 Mei.
"Perkembangan penyelidikan terakhir sudah disampaikan melalui konferensi pers,” ujar Iqbal kepada tim AIMAN yang menghubunginya seraya berjanji akan memberi keterangan lanjutan terbaru dalam beberapa hari ke depan.
Saya pun bergegas mendatangi seorang tokoh. Ia adalah mantan Ketua Tim Investigasi Kerusuhan 98 Hermawan Sulistyo yang akrab dipanggil Kiki.
Saat saya menyampaikan temuan ini dan meminta tanggapannya, ia mengatakan, dugaan bahwa korban dieksekusi di sebuah tempat lalu didrop di lokasi kerusuhan adalah sangat mungkin.
Sebab, menurut dia, dari hasil otopsi didapat, mayoritas korban tewas ditembak dari posisi tiarap (dan dari arah samping). "Lha... bagaimana mungkin kalau tiarap ada di lokasi kerusuhan. Posisi nembak tiarap kan perlu space kosong. Kalau di lokasi kerusuhan ada ribuan orang, bisa keinjak-injak," ujar Kiki.
Kerusuhan ini dikondisikan untuk menciptakan kerusuhan yang lebih besar dan ada tujuan akhirnya, kata Kiki.
Detail lengkap penjelasan Kiki akan tayang di program AIMAN.
Apa pun hasil penyelidikan nanti, harus diungkap lengkap oleh polisi. Tak kalah penting adalah penuntasan.
Tak mungkin kerusuhan ini ada tanpa dalang! Penuntasan penting agar peristiwa serupa tak lagi terulang.
Saya Aiman Witjaksono.
Salam