Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siaran Pers Terbaru BMKG soal Viralnya Info Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami Dahsyat di Selatan Jawa

Siaran Pers Terbaru BMKG soal Viralnya Info Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami Dahsyat di Selatan Jawa

Penulis: Daryono
zoom-in Siaran Pers Terbaru BMKG soal Viralnya Info Potensi Gempa 8,8 SR dan Tsunami Dahsyat di Selatan Jawa
Pinterest
Ilustrasi tsunami. 

Pada saat itu, dia menemukan bukti pertama yang diduga endapan tsunami purba.

Namun, dia tidak dapat mengambil sampel dan meneliti lebih lanjut.

Baru satu tahun kemudian, ketika Eko menemani profesornya yang berasal dari Jepang, sampel berhasil dibawa untuk diuji di Japan Nuclear Center.

Hasil pengujian yang keluar pada 2 Desember 2017 dan menunjukkan bahwa tsunami terjadi sekitar 400 tahun yang lalu plus minus 30 tahun.

“Dari situ saya berpikir, seandainya benar 400 tahun itu tadi, maka saat itu di Jawa sedang ada apa. 400 tahun lalu secara kasar tahun 1600. Karena sejak kecil saya juga suka sejarah, saya masih ingat pelajaran-pelajaran dulu secara umum. Tahun 1600-an itu adalah kurang lebih awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam,” ujar Eko.

“Lalu karena saya juga orang jawa, yang dibesarkan di Jawa dan masih mengalami masa ketika menonton sandiwara tradisional Jawa, ketoprak, dan sebagainya, yang saya ingat juga adalah hubungan antara raja-raja Mataram Islam dengan Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul) sebagai sebuah mitos,” lanjutnya lagi.

Baca: Kabar Potensi Tsunami di Selatan Jawa Viral, Fakta dari BMKG Hingga BNPB Bagi Rumus Menghadapinya

Berdirinya Kerjaan Mataram Islam dituturkan dalam dua versi.

Berita Rekomendasi

Versi pertama yakni dalam buku sejarah menceritakan bahwa ketika Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang ingin menyerbu Sultan Panembahan, dia terhalang oleh aliran lahar dari Gunung Merapi dan terpaksa kembali.

Dalam perjalanan, dia terjatuh dari gajah tunggangannya dan meninggal.

Namun dalam versi Babad Tanah Jawi, kisah itu menjadi lebih dramatis.

Panembahan Senopati atau Sutawijaya dan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa Sultan Hadiwijaya akan menyerbu sehingga mereka pun berbagi tugas untuk menangkalnya.

Ki Ageng Pemanahan berangkat ke utara untuk meminta bantuan dari Penguasa Merapi, sedangkan Panembahan Senopati berangkat ke selatan untuk meminta bantuan dari Penguasa Laut Selatan.

Ketika menuju ke Selatan, Panembahan Senopati masuk ke Kali Ompak dan berenang.

Namun, kemudian seekor naga atau ikan raksasa memberikan bantuan dan mengantarkannya ke muara sungai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas