Mentan Amran Tingkatkan Ekspor Pertanian ke Argentina
Presiden Argentina Mauricio Macri menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo pada Rabu (26/6) lalu. Pertemuan dua negara sahabat ini sa
Editor: Content Writer
Presiden Argentina Mauricio Macri menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo pada Rabu (26/6) lalu. Pertemuan dua negara sahabat ini salah satunya untuk mendorong ekspor pertanian Indonesia.
Menindaklanjuti pertemuan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Senin (22/7) mengunjungi Argentina untuk bertemu Macro di Istana Kepresidenan di Buenos Aires.
Menurut Mentan, pertemuan ini sukses menghasilkan kesepakatan kerja sama, di mana pemerintah Argentina siap mengimpor mangga, pisang, manggis, nanas dan salak asal Indonesia.
Di sisi lain, Argentina juga berkomitmen untuk menambah volume ekspor CPO dari kuota yang ada.
"Kami sudah sepakat bahwa untuk bekerjasama akan ditingkatkan, utamanya dalam pengembangan teknologi pertanian, yaitu dryer, silo, dan mekanisasi pengolahan hasil pertanian," kata Amran.
Menurut dia, persetujuan itu akan diawali dengan penandatangan perjanjian antara Kementerian Pertanian dan Menteri Agroindustri Argentina. Rencananya perjanjian ini akan dilaksanakan di Jakarta pada September 2019 mendatang.
"Yang jelas, kedua negara sudah berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama perdagangan bidang pertanian yang saling menguntungkan dan seimbang. Karena itu kami akan mendorong dan mamfasilitasi sektor swasta untuk mewujudkan hal tersebut. Dengan begitu, volume dan nilai perdagangan kedua negara dapat ditingkatkan secara signifikan," katanya.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa mengatakan bahwa proses ekspor ini akan menambah deretan angka ekspor yang dilakukan pemerintah Indonesia selama empat setengah tahun terakhir.
"Apalagi selama ini ekspor produk pertanian kita menunjukkan kinerja yang sangat membanggakan. Kita tahun pada tahun 2013, ekspor kita masih sekitar 33,5 juta ton, namun pada 2014 dan 2016 meningkat menjadi 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton," katanya.
Kariyasa mengatakan, peningkatan ini juga terjadi pada 2017 dan 2018, dimana ekspor pada saat itu meningkat menjadi 41,3 juta ton dan 42,5 juta ton. Angka sebesar ini, jika dibandingkan tahun 2013, jumlahnya meningkat lebih dari 9 juta ton atau 26,9 persen.
"Yang cukup menarik untuk diperhatikan bahwa selama periode 2014-2018, total volume ekspor pertanian mencapai 195,7 juta ton, sehingga ada akumulasi tambahan volume ekspor selama periode tersebut sekitar 28,3 juta ton," katanya.
Menurut Kariyasa, akumulasi tambahan volume ekspor ini jika ditotal angkanya mencapai 84,5 persen dari jumlah ekspor produk pertanian tahun 2013 yang sebesar 33,5 juta ton. Disisi lain, nilai ekspor produk pertanian juga terus meningkat hingga Rp 320,9 Triliun pada 2013 dan Rp 368,4 triliun dan Rp 375,5 pada tahun 2014 dan 2016.
"Nilai ekspor produk pertanian berlanjut meningkat pada 2017 dan 2018 menjadi Rp 442,3 Triliun dan Rp 415,9 Triliun. Artinya, selama 2014-2018, total nilai ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp 1.957,5 tirliun," katanya.
Adapun untuk posisi ekspor produk pertanian Indonesia, saat ini masih didominasi komoditas perkebunan yang mencapai 91,4 persen. Meski demikian, kinerja ekspor Indonesia sangat ditentukan oleh kinerja produksi perkebunan saat ini.
"Dalam upaya meningkatkan peran penting dan strategis sektor pertanian, maka, Kementerian Pertanian sudah menyiapkan program terobosan selama 5 tahun ke depan melalui program Bun500 yang dilaunching Bapak Menteri Pertanian pada tanggal 18 Juli di Palangkaraya, Kalteng," tukasnya.