Isu Politis dan Serangan Siber Terorisme di Balik Padamnya Listrik PLN, Apa Kata Ahli?
Ridlwan menambahkan, rencana darurat dan mitigasi dari PLN juga harus dievaluasi. Termasuk prosedur tanggap darurat bagi instalasi di pusat kota DKI.
Editor: Hasanudin Aco
Dia menyebutkan, pemadaman atau black out seperti yang terjadi hari ini pernah terjadi pada 1997 di area Jawa dan Bali.
Kejadian serupa terjadi di Paiton, Grati pada September 2018 lalu. Menurutnya, hal itu disebebkan tegangan ekstra tinggi.
Siber terosisme
Analis keamanan dan intelijen Ridlwan Habib mengatakan padamnya listrik yang melanda separuh pulau Jawa harus disikapi secara serius.
Sebab kejadian blackout listrik yang merata di seluruh Jakarta Minggu (4/8/2019) menjadi peristiwa penting nasional.
Apalagi banyak kerugian yang terjadi.
Misalnya, MRT yang lumpuh, KRL tidak beroperasi, trafic light padam total dan gangguan berbagai fasilitas umum di ibukota negara.
"Investigasi mendalam harus segera dilakukan oleh PLN, termasuk mewaspadai kemungkinan adanya serangan siber terorisme di infrastruktur listriknya, " ujar Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com di Jakarta, Minggu (4/8/2019).
Menurut Ridlwan, prioritas pertama PLN harus bisa menemukan sumber masalah.
"Peristiwa ini diliput oleh berbagai media internasional, menunjukkan bahwa ibukota negara bisa lumpuh tanpa listrik. Ini berbahaya bagi sistem keamanan nasional, " tegas Ridlwan.
Kewaspadaan terhadap serangan Siber Terorisme pada perangkat perangkat gardu utama baik Sutet maupun GITET PLN harus segera dilakukan.
"Kejadian yang hampir mirip pernah ada di Argentina bulan Juni lalu. Pemerintah Argentina juga menduga adanya serangan Siber di instalasi listrik Argentina, " katanya.
Serangan siber terorisme bisa mengacaukan sistem kendali frekuensi dan pasokan listrik.
Apabila tidak diantisipasi maka bisa berdampak pada situasi kepanikan masyarakat.