Sejarah Bandara DC Saudale, Dibangun Secara Swadaya oleh Masyarakat Rote
Pemberian nama DC Saudale tak lepas dari peran almarhum David Constantijn Saudale. Di tahun 1969, Saudale memimpin masyarakat Rote untuk membangun ban
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ROTE - Bandara DC Saudale merupakan bandar udara satu-satunya di Pulau Rote. Pulau yang berada di wilayah paling selatan Indonesia.
Bandara yang masuk ke dalam pemerintahan Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini ternyata memiliki sejarah panjang yang melibatkan langsung warga Rote.
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) S. Charles B. Malaikosa menyebut Saudale sudah ada sejak 1969.
Tapi katanya, saat itu bandara belum bernama Saudale. "Namanya waktu itu masih Bandara Lekunik. Setelah 2010 baru ganti nama jadi Saudale. Diresmikan oleh Bupati Rote Ndao saat itu," cerita Charles.
Pemberian nama DC Saudale tak lepas dari peran almarhum David Constantijn Saudale. Di tahun 1969, Saudale memimpin masyarakat Rote untuk membangun bandara.
"Saat itu Saudale menjabat sebagai pembantu Bupati wilayah Rote Ndao Kabupaten Kupang. Saudale memimpin rakyat Rote untuk membangun bandara secara gotong royong, berswadaya," tutur Charles.
Baca: Mahfud MD Beberkan 2 Alasan Papua Tak Bisa Lakukan Referendum
Pekerjaan berjalan hingga 1976. Saat itu panjang landasan mencapai 900m x 27m dengan nama Bandara Lekunik Rote.
Sejak 1976, menurut penuturan Charles, setelah diselesaikan pengerjaan landasan, kemudian dilakukan penerbangan perdana oleh pesawat misionaris jenis Dakota yang berkapasitas 6 penumpang.
"Kemudian berlanjut sebagai penerbangan perintis, berjalan hingga tahun 1993," ujar Charles.
Singkat cerita, tahun 2010 terjadi perubahan nomenklatur. Sehingga nama Bandara Lekunik diubah menjadi Bandara DC Saudale.
"Berdasar pada SK Menteri Perhubungan RI No. KP.III Tahun 2010 dan dikukuhkan oleh Bupati Rote Ndao tanggal 30 Oktober 2010," kata Charles.
Sejak 2015 sampai sekarang, katanya, penerbangan komersil dilayani oleh maskapai Lion Group dengan pesawat Wings Air berjenis ATR-72.
"Pesawatnya berkapasitas 72 orang penumpang dengan rute Kupang-Rote-Kupang setiap hari," kata Charles.
Menjajal Penerbangan Rote-Kupang
Tribunnews.com ditemani Tim Biro Komunikasi dan Publik (BKIP) Kemenhub pun berkesempatan menjajal penerbangan dari Rote menuju Kupang pada Jumat (30/8/2019) kemarin.
Menumpangi pesawat jenis ATR 72-600 milik Wings Air, maskapai satu-satunya yang melayani rute penerbangan. Tribunnews.com dan Tim BKIP Kemenhub terbang menuju Kupang dalam rangkaian kegiatan bertema 'Menyambung Nusantara, Merajut Bangsa'.
Tak dirasa, seperti kata Charles, pesawat sudah tiba di Bandara El Tari Kupang, NTT dalam waktu 30 menit. Berangkat tepat pukul 14.30 WITA, pesawat yang ditumpangi sudah tiba di El Tari pukul 15.00 WITA.