Pak Kades Tak Menyangka AR yang Patuh kepada Orang Tua Ditangkap Densus Terkait Kasus Terorisme
Banyak yang tak menyangka sosok pendiam, patuh, dan sering menghabiskan waktu membantu orang tua ini terlibat teroris.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Terduga teroris AR (21) asal Cianjur, dikenal warga sebagai anak yang patuh dan memilih menghabiskan waktu membantu sang ayah di kebun semasa kecilnya.
Kabar AR yang terlibat teroris sangat mengagetkan warga.
Banyak yang tak menyangka sosok pendiam, patuh, dan sering menghabiskan waktu membantu orang tua ini terlibat teroris.
Kepala Desa Cisujen, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, Dadan mengatakan AR dikenal sebagai pemuda yang baik, ia jarang bergaul dengan pemuda seusianya.
"Setahu saya Asep Roni tak pernah terlihat gaul apalagi nongkrong bersama pemuda lainnya," katanya.
Menurut Dadan, sejak kecil AR tergolong sebagai anak yang patuh pada kedua orang tuanya, ia lebih memilih memanfaatkan waktu senggangya untuk membantu orang tuanya di kebun.
Baca: Kondisi di Sekitar Gedung DPR Pagi Ini Pasca-demo Mahasiswa yang Berakhir Bentrok
"Sering saya lihat kalau libur sekolah ia di kebun bersama orang tuanya," ujar Dadan.
Dadan mengatakan, setelah lulus dari SMP PGRI Takokak, AR pergi merantau ke Bandung.
"Memang rata-rata anak-anak di sini setelah lulus sekolah pergi kerja ke luar kota, mungkin yang namanya orang kampung jika bekerja di kota itu selain dapat membantu orang tua juga ada kebanggaan," katanya.
Menurut Dadan, sekitar satu bulan yang lalu AR pernah datang untuk mengurus pernikahannya dengan NA, namun pada NA tidak dicantumkan alamat jelas calon istrinya.
"Ia datang bersama calon istrinya, tapi saya belum sempat menanyakan alamat jelas calon istrinya," ujar Dadan.
Dadan mengatakan, sejak AR menikah, dirinya belum pernah bertemu lagi dengan AR, dan ia mengaku merasa terkejut setelah mendengar kabar bahwa AR beserta istrinya ditangkap Densus 88.
"Mendengar kabar itu saya merasa percaya dan tak percaya," katanya.
Menurut Dadan, keadaan orang tua AR memang tergolong sebagai masyarakat yang keadaan ekonominya lemah, sehingga untuk membesuk Asep Roni ke Jakarta ia tidak mempunyai biaya transportasi.
"Kemarin saya ketemu dengan Rosid (orang tua AR) ia mengeluh katanya ingin ke Jakarta membesuk anaknya tapi tak punya ongkos," ujar Dadan.
Baca: Tak Ada Adegan Malam Hari di Sinetron Tukang Ojek Pengkolan, Sutradara Akhirnya Ungkap Alasannya
Kisah Cinta Segitiga
Tiga dari sembilan orang terduga teroris yang ditangkap di beberapa tempat terpisah, Senin (23/9/2019) ternyata memiliki hubungan yang dekat.
Mereka adalah Mohamad Arsad (20), Sutiah (19) dan Asep Roni (23).
Mohamad Arsad alias Mury (20), yang ditangkap di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (23/9/2019), sempat menikahi Sutiah (19).
Arsad dan Sutiah menikah empat bulan lalu.
Cinta mereka bersemi saat mereka mengikuti pengajian di Pekayon, Bekasi Selatan, Jawa Barat.
Mereka menikah secara resmi di Kantor Urusan Agama (KUA).
Acara pernikahan Arsad dan Sutiah berlangsung di Tegal, Jawa Tengah, kampung halaman Sutiah.
Pernikahan itu dihadiri Abdul Ghani (69), ayah Arsad.
Namun pernikahan Arsad dan Sutiah tidak berlangsung lama.
Andri Cahyono, kakak ipar Arsad, menuturkan Arsad sempat membawa Sutiah ke tempat tinggal di Jalan Belibis V, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Selama tinggal di sana Sutiah tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Andri menuturkan Sutiah berpenampilan menggunakan cadar.
Baca: Soal Rekam Pembicaraan hingga Penangkapan, 13 Kewenangan KPK yang Dipangkas dengan Revisi UU KPK
"Sempat tinggal dua minggu di sini, tapi mereka sudah bercerai secara agama," tutur Cahyono kepada Tribun Network, Senin (23/9/2019).
Usai bercerai dari Arsad, Sutiah menikah dengan Asep Roni.
Sutiah dan Asep tinggal bersama di Bekasi.
Mereka diciduk Tim Densus 88 Antiteror di Perumahan Alamanda Regency, Karang Satria, Tambun Utara, Bekasi, Senin (23/9/2019).
"Tapi katanya Arsad juga sudah menikah lagi," ujar Cahyono.
Di Cilincing, Arsad tinggal di rumah dua lantai.
Rumah berpagar hijau itu juga jadi tempat berjualan minuman ringan. Tembok rumahnya berwarna krem.
Kamar Arsad berada di lantai kedua di samping kanan tangga.
Kamar Arsad bercat hijau muda.
Di dalamnya terdapat satu kasur, sejumlah peralatan elektronik dan kabel.
Di dalam kamar itu terdapat sebuah buku berjudul Kitab Tauhid.
Arsad tinggal selantai dengan Abdul Ghani, ayahnya.
Di rumah tersebut berjejer trofi bertuliskan nama Mohamad Arsad.
Satu di antaranya adalah trofi kompetisi sepak takraw di sekolah.
Pendidikan terakhir Arsad adalah sekolah teknik menengah.
Dia lulus dari bangku STM dua tahun lalu.
"Satu bulan lalu Arsad diterima sebagai karyawan di pabrik sabun," ujar kakak Arsad yang enggan disebutkan namanya.
Baca: Nick Messet, Mantan Menlu OPM yang Balik Badan Dukung NKRI Masuk Delegasi di PBB
Semasa sekolah, Arsad tergolong murid yang pintar menurut penuturan Cahyono.
Selain tergolong sebagai siswa berprestasi, Arsad juga lihai dalam olahraga.
"Olahraganya bagus. Sekolahnya termasuk bagus juga," tutur Cahyono.
Di lingkungan rumahnya, Arsad dikenal sebagai orang yang tidak banyak berbicara.
Ia sering berkumpul dengan teman sebayanya untuk bermain futsal.
Saat berkumpul Arsad sering berbicara soal agama.
Teman-temannya kerap menghindari perbincangan tersebut.
Mereka menilai perbincangan Arsad terdengar cukup keras.
"Kadang mengumpul, tapi jarang karena orangnya cenderung pendiam. Kalau mengobrol cenderung mengobrol soal agama yang keras," kata R (inisial, red), seorang warga di Jalan Belibis V.
Kakak Arsad menuturkan adiknya sejak lama mengidap penyakit tulang belakang.
Penyakit tersebut dialami Arsad sejak duduk di bangku STM.
Arsad sering menjalani perawatan jalan di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara.
"Lebih banyak absen dibanding masuk. Orangnya sakit-sakitnya," ujarnya.
Surat Terakhir Arsad
Aparat kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti dari kamar Arsad.
Di antaranya alat-alat yang diduga digunakan untuk merakit bom dan bom siap ledak jenis high explosive (daya ledak tinggi).
Baca: Hotman Paris Diejek Bau Pesing oleh Farhat Abbas & Poppy Kelly, Ini Balasan Menohok Nikita Mirzani
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budhi Hendi Susianto mengatakan kepolisian juga menemukan sepucuk surat.
Surat tersebut berisi pernyataan Arsad akan meledakkan sebuah bom di kantor polisi dalam waktu dekat.
Jadi saat olah TKP tadi, berdasarkan tulisan tangan di surat yang kita temukan, dia akan meledakkan bom di kantor kepolisian dan akan meledakkan dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujarnya.
Abdul Ghani mengaku terkejut terhadap surat Arsad.
Ia juga tak menyangka putranya menyimpan sebuah peledak aktif berjenis treeasseton threeperoksida (TATP) seberat 500 gram di rumahnya.
Dia mengaku tak pernah melihat gelagat mencurigakan dari Arsad.
"Justru saya baru lihat. Selama ini tinggal serumah saya tidak pernah korek-korek kamarnya," ucap Abdul Ghani.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Di Mata Warga, Masa Kecil Terduga Teroris AR Dikenal Patuh dan Hanya di Kebun Membantu Orangtua
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.