Atasi Kekurangan Dokter Spesialis, Kemenkes Berangkatkan 27 Dokter ke RRT dan Jepang untuk Belajar
Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya program ini dalam mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung di Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, secara resmi melepas peserta program fellowship yang akan mengikuti pendidikan dan penelitian di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Jepang.
Acara pelepasan yang dilaksanakan di Kantor Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Hang Jebat, Jakarta, ini ditandai dengan penyerahan Letter of Acceptance (LoA) dan Letter of Guarantee (LoG) kepada para peserta.
Dalam sambutannya, Budi menegaskan pentingnya program ini dalam mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung di Indonesia
Mengingat penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di tanah air. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setiap tahunnya 550 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.
“Penyakit kardiovaskular itu paling banyak yang meninggal. Jadi, kita ingin secepatnya mempersiapkan layanan untuk bisa menyelamatkan ratusan ribu masyarakat kita yang meninggal setiap tahun," kata Budi dilansir dari website resmi, Senin (6/1/2025).
"Kita mesti mempersiapkan alatnya, SDM kesehatan, dan pembiayaannya. Ini kita lakukan di level puskesmas, rumah sakit, dan level promotif preventif," lanjutnya.
Budi menjelaskan bahwa penguatan layanan kardiovaskular saat ini difokuskan di 514 kabupaten/kota.
Penanganan penyakit jantung idealnya harus dilakukan dalam waktu kurang dari dua jam.
Dengan waktu yang sangat singkat tersebut, pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk ke tingkat provinsi.
Oleh karena itu, rumah sakit di kabupaten/kota harus dilengkapi dengan alat dan SDM kesehatan yang memadai.
Namun, data Kemenkes menunjukkan bahwa dari 514 kabupaten/kota, sebanyak 372 di antaranya belum memiliki alat atau tenaga medis untuk layanan seperti kateterisasi jantung atau trombektomi.
Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan dokter spesialis untuk meningkatkan akses kesehatan yang merata.
“Ini adalah tantangan serius bagi sektor kesehatan kita. Program fellowship ini merupakan langkah strategis untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung yang sangat dibutuhkan, sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jantung di Indonesia,” lanjutnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.